Home » Tarbiyah ulul albab » Resume Tarbiyah Ulul Albab
Resume Tarbiyah Ulul Albab
Posted by Rumah Subsidi Malang
Merenung kejadian alam semesta
Ulil Albab adalah gulungan yang diistimewakan dan yang disebut Allah di dalam AlQuraan sebanyak 16 kali. Ulil Albab menggunakan kurniaan akal untuk merenung setiap kejadian di alam semesta yang maha luas ini.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi Ulil Albab (orang yang berakal)” AlImran :190
Imam AlGhazali menyatakan Sungguh, jalan untuk mengenal Allah (ma'rifatullah) dan mengagungkanNya itu adalah dengan cara memikirkan setiap mahlukNya, merenungkan keajaiban-keajaiban dan memahamkan hikmah-hikmah yang terkandung dalam segenap ciptaanNya.
Al Quraan menjelaskan bahawa alam dan segala kandungannya adalah dicipta oleh Maha Pencipta, Allah. Dia telah memerintahkan kepada orang yang dikurniakan akal fikiran itu agar mengamati kejadian di alam cakerawala ini. Firman Allah yang bermaksud: Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi..” Yunus:101 Yunus: 101
Allah bukan saja Pencipta Alam tetapi juga memelihara, mengontrol dan mengurus segala juzuk alam dari sekecil-kecil hingga yang sebesarnya. Semuanya tunduk kepada hukum dan peraturan yang telah ditetapkan. Lihat bagaimana Allah memerlihara perjalanan matahari yang bersaiz 99.9% dari saiz objek-objek sistem suria, mengharungi alam cakerawala di orbitnya sejak dari mula ia diciptakan hingga ke hari ini dan akan datang. Allah juga yang mengawal dan mengurus tentang proses penghasilan tenaga matahari melalui proses tindakbalas nuklear setiap saat sebanyak 4 x 1026 Joule sesaat menyamai 100 bilion 1 megaton bom nuklear. Tenaga yang hebat ini dibebaskan setiap saat sejak dari zaman dahulu hingga kini dan akan datang. Bagaimana pula kehebatan Pencipta yang mengatur perjalanan siang dan malam. Bagaimana bagian malam akan menutup bagian siang bumi dengan kelajuan 1700 km sejam (470 meter sesaat) dalam tempo 24 jam. Tenaga yang hebat ini dibebaskan setiap saat sejak dari zaman dahulu hingga kini dan akan datang. Bagaimana kehebatan Pencipta yang mengatur perjalanan siang dan malam. Bagaimana bagian malam akan menutup bagian siang bumi dengan kecepatan 1700 km per jam (470 meter sesaat) dalam waktu 24 jam . Setiap bagian bumi mendapati siang dan malam mengikut kadarnya yang tertentu. Setiap bagian bumi menemukan siang dan malam menurut kadarnya yang tertentu.
Bagaimana teliti dan hebat, Bumi yang besar dengan diameter 12,756 km beredar laju dengan kelajuan 30 km sesaat mengelilingi matahari sejauh 960,000,000 km dalam masa 365.25 hari. Begitu juga bulan bagaimana teratur dan telitinya ia beredar mengelilingi bumi dengan kelajuan 61.8 km sejam tanpa terlewat atau tercepat dari masa yang ditetapkan.
Maklumat di atas yang ditemui melalui kajian sains menunjukkan betapa jitu kuantiti setiap gerakan tersebut. Jika difikir dan direnung dengan akal yang waras sudah tentu keadaan sebegitu berlaku melalui satu perancangan dan pentadbiran yang teliti dan tidak mungkin hal tersebut berlaku dengan sendirinya. /karakteristik-ulul-albab.html –
Ulul albab adalah orang yang mampu mengharmonisasikan kekuatan intelektual dan spiritual. Karakteristik ulul albab:
1. Selalu mambekali diri dengan takwa
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
( QS. 2 : 197 )
2. Mampu mengambil hikmah/pelajaran dari firman-firman Allah
Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
( QS. 2 : 269 )
3. Selalu mencermati fenomena
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi Kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, Kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
( QS. 39 : 21 )
4. Mampu memadukan kekuatan akal dan qalbu
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
( QS. 3 : 190 – 191 )
5. Sangat yakin akan adanya kehidupan akhirat, karena itu selalu mohon perlindungan pada Nya
192. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, Maka sungguh Telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
193. Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
194. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang Telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
( QS. 3 : 192 – 194 )
6. Mampu memisahkan yang baik dan yang buruk walau yang buruk amat menarik
Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."
( QS. 5 : 100 )
7. Mampu mengambil pelajaran dari perjalanan hidup dirinya atau orang lain
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
( QS. 12 : 111 )
8. Rajin shalat malam
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
( QS. 39 : 9 )
9. Kritis dalam menilai suatu pemikiran
Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.
( QS. 39 : 18 )
10. Menjadikan Al Qur’an sebgai kitab suci pencerahan
(Al Quran) Ini adalah penjelasan yang Sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasannya dia adalah Tuhan yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.
( QS. 14 : 52 )
quran.al-shia.org/id/lib
Ulul-albab disebut 16 kali dalam Al-Quran. Menurut Al-Quran, ulul-albab adalah kelompok manusia tertentu yang diberi keistimewaan oleh Allah swt. Diantara keistimewaannya ialah mereka diberi hikmah, kebijaksaan, dan pengetahuan - disamping pengetahuan yang diperoleh mereka secara empiris: “Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali ulul-albab.” (QS.2:269)
Disebutkan pula dalam Al-Quran bahwa: “Mereka adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari sejarah umat manusia.” (QS. 12:111). Dipelajarinya sejarah berbagai bangsa, kemudian disimpulkannya satu pelajaran yang bermanfaat, yang dapat dijadikan petunjuk dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan ini. “Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah, dan mereka itulah ulul-albab..” (QS. 3:7)
- Ulul-Albab dan Konsep Barat mengenai Intelektual
Sebelum berbicara lebih jauh tentang ulul-albab, saya akan meninjau terlebih dahulu beberapa istilah lain dalam bahasa Indonesia, yaitu sarjana, ilmuwan, intelektual. Sarjana diartikan sebagai orang yang lulus dari perguruan tinggi dengan membawa gelar. Jumlah banyak, karena setiap tahun universitas memproduksi sarjana. Ilmuwan ialah orang yang mendalami ilmunya, kemudian mengembangkan ilmunya, baik dengan pengamatan maupun dengan analisisnya sendiri. Diantara sekian banyak sarjana, beberapa orang sajalah yang kemudian berkembang menjadi ilmuwan. Sebagian besar terbenam dalam kegiatan rutin, dan menjadi tukang-tukang profesional.
Kaum intelektual bukanlah sarjana yang hanya menunjukkan kelompok orang yang sudah melewati pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana (asli atau aspal). Mereka juga bukan sekadar ilmuwan yang mendalami dan mengembangkan ilmu dengan penalaran dan penelitian. Mereka adalah kelompok orang yang merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya, menangkap aspirasi mereka, merumuskannya dalam bahasa yang dapat dipahami setiap orang, menawarkan strategi dan alternatif pemecahan masalah. Memang, istilah ini biasa diberi bermacam-macam arti. Begitu beragamnya definisi intelektual, sehingga Raymond Aron sepenuhnya melepaskan istilah itu. Tetapi James Mac Gregor Burns, ketika bercerita tentang intellectual leadership sebagai transforming leadership, berkata bahwa intelektual ialah a devotee of ideas, knowledge, values. Inteketual ialah orang yang terlibat secara kritis dengan nilai, tujuan, dan cita-cita, yang mengatasi kebutuhan-kebutuhan praktis. “Dalam definisi ini, orang yang menggarap hanya gagasan-gagasan dan data analitis adalah seorang teoritisi; orang yang bekerja hanya dengan
gagasan-gagasan normatif adalah seorang moralis; orang yang menggarap sekaligus menggabungkan keduanya lewat imajinasi yang teratur adalah seorang intelektual,” kata Burns.
Jadi, intelektual adalah orang yang mencoba membentuk lingkungannya dengan gagasan-gagasan analitis dan normatifnya. Sedang menurut Edward A. Shils, dalam Internasional Encyclopaedia of the Social Science, tugas intelektual ialah “menafsirkan pengalaman masa lalu masyarakat, mendidik pemuda dalam tradisi dan ketrampilan masyarakatnya, melancarkan dan membimbing pengalaman estetis dan keagamaan berbagai sektor masyarakat..”
Di dalam masyarakat Islam, seorang intelektual bukan saja seorang yang memahami sejarah bangsanya, dan sanggup melahirkan gagasan-gagasan analitis dan normatif yang cemerlang, melainkan juga menguasai sejarah Islam -seorang Islamologis. Untuk pengertian ini, Al-Quran sebenarnya mempunyai istilah khusus: ulul-albab. Al-Quran dan Terjemahan-nya Departeman Agama Republik Indonesia mengartikan ulul-albab sebagai “orang-orang yang berakal” tidak terlalu tepat. Terjemahan Inggris men of understanding men of wisdom, mungkin lebih tepat.
- Tanda-Tanda Ulul-Albab
Apa tanda-tanda ulul-albab? Selain beberapa keistimewaan yang diberikan Allah kepeda mereka -seperti yang telah saya sebutkan di muka- di bawah ini akan saya tampilkan lima tanda lagi menurut Al-Quran.
1. Tanda pertama: Bersungguh-sungguh mencari ilmu, seperti disebutkan dalam Al-Quran: “Dan orang yang bersungguh-sungguh dalam ilmu pengetahuan mengembangkannya dengan seluruh tenaganya, sambil berkata: ‘Kami percaya, ini semuanya berasal dari hadirat Tuhan kami,’ dan tidak mendapat peringatan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS.3:7) Termasuk dalam bersungguh-sungguh mencari ilmu ialah kesenangannya menafakuri ciptaan Allah di langit dan di bumi. Allah menyebutkan tanda ulul-albab ini sebagai berikut: “Sesungguhnya dalam proses penciptaan langit dan bumi, dalam pergiliran siang dan malam, adalah tanda-tanda bagi ulul-albab.” (QS.3:190).
Abdus Salam, seorang Muslim pemenang hadiah Nobel, berkat teori unifikasi gaya yang disusunnya, berkata, “Al-Quran mengajarkan kepada kita dua hal: tafakur dan tasyakur. Tafakur adalah merenungkan ciptaan Allah di langit dan di bumi, kemudian menangkap hukum-hukum yang terdapat di alam semesta. Tafakur inilah yang sekarang disebut sebagai science. Tasyakur ialah memanfaatkan nikmat dan karunia Allah dengan menggunakan akal pikiran, sehingga kenikmatan itu makin bertambah; dalam istilah modern, tasyakur disebut teknologi. Ulul-albab merenungkan ciptaan Allah di langit dan bumi, dan berusaha mengembangkan ilmunya sedemikian rupa, sehingga karunia Allah ini dilipatgandakan nikmatnya.”
2. Tanda kedua: Mampu memisahkan yang jelek dari yang baik, kemudian ia pilih yang baik, walaupun ia harus sendirian mempertahankan kebaikan itu dan walaupun kejelekan itu dipertahankan oleh sekian banyak orang.
Allah berfirman: “Katakanlah, tidak sama kejelekan dan kebaikan, walaupun banyaknya kejelekan itu mencengangkan engkau. Maka takutlah kepada Allah, hai ulul-albab.” (QS.5:100)
3. Tanda ketiga: Kritis dalam mendengarkan pembicaraan,
Pandai menimbang-nimbang ucapan, teori, proposisi atau dalil yang dikemukakan oleh orang lain: “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk dan mereka itulah ulul-albab.” (QS.39:18)
4. Tanda keempat: Bersedia menyampaikan ilmunya kepada orang lain untuk memperbaiki masyarakatnya; diperingatkannya mereka kalau terjadi ketimpangan, dan diprotesnya kalau terdapat ketidakadilan.
Dia tidak duduk berpangku tangan di labolatorium; dia tidak senang hanya terbenam dalam buku-buku di perpustakaan; dia tampil di hadapan masyarakat, terpanggil hatinya untuk memperbaiki ketidakberesan di tengah-tengah masyarakat…: “(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui bahwasannya Dia adalah Tuhan Yang Maha esa dan agar ulul-albab mengambil pelajaran.” (QS.14:52)
“Hanyalah ulul-albab yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan Supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan salat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).” (QS. 13:19-22)
5. Tanda kelima: Tidak takut kepada siapa pun kecuali kepada Allah. Berkali-kali Al-Quran menyebutkan bahwa ulul-albab hanya takut kepada Allah: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai ulul-albab.” (QS 2:197) “. . . maka bertakwalah kepada Allah hai ulul-albab, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS 5:179) “Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai ulul-albab.” (QS. 65:10)
- Ulul-Albab: Intelektual Plus
Sampai di sini, tampaknya seorang ulul-albab tak jauh berbeda dengan seorang intelektual; ini jika dilihat dari beberapa tanda ulul-albab yang telah disebutkan seperti: bersungguh-sungguh mempelajari ilmu, mau mempertahankan keyakinannya, dan merasa terpanggil untuk memperbaiki masyarakatnya. Namun dalam ayat lain, Allah swt dengan jelas membedakan seorang ulul-albab dengan intelektual: “Apakah orang yang bangun di tengah malam, lalu bersujud dan berdiri karena takut menghadapi hari akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya: samakah orang yang berilmu seperti itu dengan orang-orang yang tidak berilmu dan tidak memperoleh perinagtan seperti itu kecuali ulul-albab.” (QS. 39:9)
Dengan merujuk kepada firman Allah di atas, inilah “tanda khas” yang membedakan ulul-albab dengan ilmuwan atau intelektual lainnya. Ulul-albab rajin bangun tengah malam untuk bersujud dan rukuk di hadapan Allah. Dia merintih pada waktu dini hari, mengajukan segala derita dan segala permohonan ampunan kepada Allah Swt, semata-mata hanya mengharapkan rahmat-Nya. Tanda khas yang lain disebutkan dalam Al-Quran: “Dia zikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, dalam keadaan duduk, dan keadaan berbaring.” (QS
3:191)
Kalau dapat saya simpulkan dalam satu rumus, maka ulul-albab adalah sama dengan intelektual plus ketakwaan, intelektual plus kesalehan. Di dalam diri ulul-albab berpadu sifat-sifat ilmuwan, sifat-sifat intelektual, dan sifat orang yang dekat dengan Allah swt. Sebetulnya Islam mengharapkan bahwa dari setiap jenjang pendidikan lahir ulul-albab, bukan sekadar sarjana yang tidak begitu banyak gunanya, kecuali untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rutin. Islam mengharapkan dari jenjang-jenjang pendidikan lahir ilmuwan yang intelektual dan yang sekaligus ulul-albab.
hbis.wordpress.com
Berfikir adalah ciri manusia, jadi manusia adalah hewan yang berfikir menurut Ilmu Mantiq(logika), maka manusia berusaha dengan akalnya memikirkan segala sesuatu yang dia alami dan dianalogikan kepada yang lainny. Berfikir juga berguna untuk menyelesaikan pekerjaan yang berat, berfikir untuk berfikir, yang pertama melahirkan ilmu-ilmu terapan (teknologi), sedangkan yang kedua melahirkan ilmu-ilmu murni.
Berfikir terhadap alam semesta melahirkan filsafat alam, dan ilmu-ilmu lainnya, contoh berfikir tentang obyek manusia melahir: Ilmu Jiwa, Ilmu kedokteran, logika, antrofologi, sosiologi dan sebagainya. Berfikir menurut tuntunan Al-Qur’an berjalan seimbang antara fikir dan zikir. Kecerdasan yang sempurna adalah berpadunya antara zikir dan fikir, memikirkan sesuatu melahirkan zikir terhadap yang menciptakan sesuatu Yaitu Allah SWT sesuai firman Allah:
aq.jpg
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (cendekiawan), (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Labels:
semester 1,
Tarbiyah ulul albab
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar