Makalah Teologi Islam

Posted by Rumah Subsidi Malang

1.    Latar Belakang Teologi islam adalah suatu ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu agama yaitu agama islam. Ilmu ini juga bisa disebut ilmu tauhid. Teologi kemiskinan yaitu suatu ilmu yang membahas tentang kemiskinan yang melanda masyarakat pada umumnya. Pada zaman sekarang ini, kemiskinan di Indonesia sangat tinggi jumlahnya. Bahkan kebanyakan penduduk Indonesia adalah rakyat miskin. Selain miskin karena faktor ekonomi, mereka juga miskin pada faktor pendidikan. Banyak anak Indonesia yang tidak melanjutkan pendidikannya karena orang tuanya tidak mempunyai biaya untuk membiayai pendidikan mereka. Sehingga mereka juga harus ikut bekerja untuk membantu meringankan beban orang tua mereka. Peran pemerintahlah yang bisa membantu mereka untuk keluar dari masalah kemiskinan ini.  Sedangkan teologi pembangunan adalah ilmu yang membahas tentang tata cara bagaimana kita bisa membangun negara kita ini agar lebih makmur dan maju dibandingkan dengan keadaan yang sekarang ini.  2.    Rumusan masalah a.    Bagaimana pendapat para muslim terhadap kemiskinan ? b.    Bagaimana kritik islam terhadap pendapat para muslim tersebut ? c.    Bagaimana kemiskinan di Indonesia ? d.    Apa yang dimaksud pembangunan dan apa saja teori-teorinya?  3.    Tujuan a)    Agar mahasiswa mengetahui pendapat para muslim tentang kemiskinan. b)    Agar mahasiswa mengetahui kritik islam terhadap pendapat para muslim. c)    Agar mahasiswa mengetahui keadaan kemiskinan di Indonesia saat ini. d)    Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan pembangunan   BAB II PEMBAHASAN  ‘PENDAPAT PARA MUSLIM TERHADAP KEMISKINAN” 1.    Pandangan Pengkultus Kemiskinan Kelompok ini terdiri dari orang-orang zuhud, rahib, dan mereka-mereka yang mengaku sebagai kaum sufi dan taqasyuf (tidak suka terhadap kesenangan dan kelezatan dunia). Mereka menganggap kemiskinan bukan sesuatu yang jelek dan perlu dihindari serta bukan pula termasuk masalah yang perlu diributkan dan untuk dijadikan solusinya.kemiskinan justeru merupakan anugrah allahnyang di berikan pada hamba-hambanya yang dincintai, agar hatinya hanya bisa mengingat kehidupan akhirat, benci kehidupan duniawi, berhubungan langsung dengan Allah dan penug kasih sayang terhadap manusia. Berbeda dengan orang-orang kaya yang melampaui batas dan cenderung melakukan tindak kejahatan. Diantara mereka ada yang mengatakan: alam ini rusak, semuanya rusak. Dunia ini jelek dan hanya merupakan bencana. Kebaikan tertinggi ada pada kerusakan dan kehancuran alam ini sesegera mungkin, atau setidaknya, mempercepat durasi domisili manusia di alam raya ini. Dengan demikian, orang yang berpikiran normal harus tidak mempedulikan sebab-sebab yang bisa memperoleh kehidupan layak dan tidak perlu berinteraksi dengan manusia lain kecuali hanya untuk sekedar hidup. Dalam pagan religion (agama penyembah berhala) dan agama-agama samawi ada orang yang mengakui pandangan diatas serta mendewakan dan menyucikan kemiskinan. Sebab, menurutnya, kemiskinan merupakan sarana yang baik untuk menyiksa jasad.  Dan menyiksa jasad merupakan sarana yang efektif untuk meningkatkan kualitas roh. Pandangan ini juga banyak beredar di kalangan sufi muslim sebagai pengaruh dari kebudayaan dan peradaban asing yang melebur kebudayaan dan peradaban islam dan berhasil mengkeruhkan kejernihannyam seperti: Mistisme India, Manikenisme Persia, dan Monastisime Nasrani serta aliran-aliran yang masuk dan bersentuhan secara langsung dengan kehidupan muslim. Ada satu statement yang mengatakan bahwa: “Jika datang kemiskinan maka katakanlah: selamat datang simbol-simbol orang-orang yang saleh. Dan jika kekayaan yang datang maka katakanlah: sebuah dosa yang disegerakan siksanya”.  2.    Pandangan Jabariyah Kelompok ini berbeda dengan kelompok sebelumnya. Mereka menganggap kemiskinan memang merupakan bencana dan keburukan, tetapi sebagai “ketentuan dari langit” yang tidak bisa ditolak dan dientaskan. Kemiskinan yang diderita orang miskin dan kekayaan yang dimiliki oleh orang kaya merupakan kehendak dan takdir Tuhan. Jika Allah berkehendak, Dia bisa menjadikan semua manusia menjadi orang kaya, serta memberikan kekayaan seperti yang dimiliki Qarun. Tetapi Allah senagja ingin mengangkat sebagian orang diatas yang lain dan memberi serta membatas rizki untuk orang yang dikenhendaki, untuk menguji mereka. Tidak ada yang bisa menolak ketentuan-Nya. Sebuah pernyataan yang benar tetapi dimaksudkan sebagai kebatilan. Dalam pandangan kelompok ini, qanaah diartikan sebagai sebuah penerimaan atas realitas yang ada seperti apapun wujudnya. Kelompok ini sama sekali tidak concern terhadap orang-orang kaya dengan gemerlap kehidupan yang mereka rasakan, untuk sekedar memberikan pengarah dan pesan-pesan moral. Mereka justru lebih cenderung untuk memberikan pesan-pesan kepada mereka yang hidup dalam kemiskinan dengan mengatakan: Ini adalah pemberian dan pembagian Allah. Oleh karena itu, kalian mesti rela menerimanya. Jangan menuntut yang lebih dari yang sudah ada. Dan tidak perlu mecoba untuk mengubah ketentuan tersebut. 3.    Pandangan Penyeru Kesalehan Individual  Kelompok ketiga ini memiliki banyak kesamaan visi dengan kelompok kedua diatas dalam melihat fenomena kemiskinan, bahwa dalam kemiskinan ada bencana dan kejahatan, dan bahwa kemiskinan merupakan suatu problem kehidupan yang perlu dicarikan solusinya. Cuma solusi yang ditawarkan mereka tidak hanya terbatas pada sekedar memberikan pedan-pesan moral kepada orang-orang miskin agar rela dan berqanaah, tetapi mereka lebih maju satu langkah, yaitu mereka juga menyampaikan pesan-pesan moral kepada orang-orang kaya untuk berani berkorban, melakukan kebajikan, bersedekah kepada orang-orang miskin. Kelompok ini menegaskan bahwa mereka akan mendaptkan pahala di sisi Allah jika menerima seruan moral tersebut. Sebaliknya jika mereka tidak mempedulikan seruan tersebut dan berlaku kejam terhadap orang-orang miskin, mereka diancam dengan siksa neraka sa’ir. Solusi yang ditawarkan ini sama sekali tidak menyentuh ketentuan berapa kewajiban yang harus dikeluarkan si kaya ubntuk si miskin, tidak menjelaskan sanksi atau hukuman bagi mereka yang melanggar ketentuan tersebut, serta tidak menawarkan suatu sistem atau seperangkat aturan yang bisamenjamin sampainya segala bentuknya bantuan tersebut ke tangan yang berhak. Yang dijadikan pijakan adalah hati orang-orang mukmin, orang yang mau berbuat baik yang mengaharapkan pahala dan tajut siksa, pahala di akhirat kelak bagi mereka yang bersedekah dan berbuat baik, siksa bagi mereka yag bakhil dan kikir. Model pandangna diatas banyak dianut oleh agama-agama sebelum Islam: bahwa untuk mengentaskan kemiskinan cukup berpijak pada kebaikan individual dan sedekah sukarela dengan tidak mempedulikan pandangan al-Taqdisiyah (pengkultus kemiskinan) dan Jabariyah yang sempat menjadi pandangan hidup para pembesar agama. Pandangan ini juga banyak berperan di Eropa selama abad pertengahan. Pada masa itu, orang-orang miskin tidak memiliki haj yang jelas. Tidak ada bagian yang tetap, kecuali hanya menunggu kedarmawanan orang lain (hamba-hamba Allah yang saleh).  4.    Pandangan Kapitalisme  Kelompok keempat ini memiliki pandangan bahwa kemiskinan merupakan problem dan kesengsaraan hidup. Tapi yang bertanggung jawab atas keadaan tersebut adalah si miskin itu sendiri, bukan nasin, takdir atau apa saja. Bukan ummat. Negara ataupun orang-orang kaya (kaum borjuis). Setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Ia memiliki kebebasan untuk memperlakukan harta yang dimilikinya sesuai dengan kehendak hatinya. Kelompok ini adalah kelompok Qarun, salah seorang dari kaum Nabi Musa yang kaya raya tetapi sombong. Allah telah menganugerahkan gudang yang begitu banyak hingga untuk memikul kunci gudang tersebut saja sangat terasa berat. Manakala ada kaumnya yang memberi nasehat, seperti yang dilukiskan dalam Al Quran di Surat Al Qashas 77.  Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan, Maka jawabab yang neluncur dari mulutnya – sebagaimana juga dilukiskan dalam Al Quran dalan surat Al Qashash 78.  Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. Demikian juga konsep atau pandangan para pengikut kelompok quranisme ini. Mereka menganggap bahwa harta yang berhasil mereka kumpulkan adalah semata-mata atas kecerdasan dan kecerdikan mereka. Pemilik harta adalah orang yang paling berhak untuk memperlakukan harta terssebut sesuai dengan kehendak hatinya dibandingkan orang lain. Jika mereka berlaku baik kepada orang miskin, berarti mereka orang yang memiliki keistimewaan. Masyarakat (menurut pandangan mereka) harus diberi kebebasan untuk bekerja dan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Siapa yang tidak memiliki harta dan menjadi miskin, masyarakat lain tidak perlu bertanggung jawab atas keadaan yang menimpanya. Orang-orang kaya pun tidak dibebani untuk membantu ataupun berinfak untuknua, kecuali ada rasa kasihan, ingin mendapatkan sanjungan dalam kehidupan dunia ini, atau bagi yang masih beriman, ingin mendapatkan pahal di akhirat kelak. Inilah pandangan kapitalisme yang sebenarnya. Pandangan ini mendominasi negara-megara Eropa pada saat ini. Sehingga, tidak disangsikan lagi, kondisi nasyarakat miskin yang hidup di engara kapitalis seperti itu lebih terabaikan dibandingkan anak-anak yatim. Mereka tidak memiliki apa-apa yang bisa dituntut. Dan mereka tidak memiliki ‘sandaran’ yang bisa dijadikan tempat untuk mengadu.  5.    Pandangan Sosialis- Marxis  Kelompok ini memiliki pandangan bahwa upaya untuk menghapuskan kemiskinan dan menyadarkan orang-orang miskin tidak akan menjadi keyataan kecuali dengan menghancurkan kelas-kelas borjuis, merampas harta mereka dan mebatasi kepemilikan harta, dari manapun sumber penghasilannya. Untuk mencapai ini diperlukan suatu pendekatan terhadap kelas-kelas lain dan berusaha membangkitkan rasa iri dan dengki serta membangkitkan api permusuhan diantara kelas-kelas yang ada di masyarakat. Sehingga pada akhirnya, kelompok mayoritaslah yang menang ; yaitu kaum buruh yang mereka sebut sebagai kaum proletar. Mereka yang tergabung dalam kelompok ini juga menghansurkan dasar-dasar kepemilikan bahkan mengharamkan kepemilikan harta bagi semua manusia dari manapun sumbernya, teruatama tanah, perindustrian dan barang-barang produktif lain yang dikenal dengan istilah tsarwah al-Intaj atau revolusi produksi. Mereka-mereka ini adalah propagandis komunisme dan sosialisme revolusioner. Dalam konsep keduanya ada semacsm ketentuan yang disepakati bersama yaitu tidak adanya pengakuan terhadap kepemilikan pribadi dan terus memeranginya sekalipun cara yang dipergunakan tidak sama. Sebagian menempuh jalan konstitusi demokrasi dan ada yang menempuh jalan revolusi. Bagi mereka, kepemilikan merupakan sumber segala kerusakan dan kejahatan. George Bourgane dan Bayer Rampier mengatakan dalam bukunya “Hadzihi hiya al-Isytirakiyah”  Ada sebagian yang mengatakan: Sosialisme menghendaki kebebasan setiap individu dan menjaga kehormatannya. Tetapi kemudian disanggah oleh yang lain, bahwa sosialisme memonopoli sumber-sumber produksi untuk masyarakat dan berusaha menegakkan kediktatoran kelas buruh. Ada berbagai macam sosialisme, namun tujuan sosialime hanya satu yaitu bertujuan menghapus prinsip-prinsip hak milik individu yang dianggap sebagai sumber segala bentuk kejahatan dan kecurangan dalam kehidupan bermasyarakat. Antara sosialisme dan komunisme hampir tidak ada perbedaan. Keduanya memiliki pandangan yang sekuler terhadap kehidupan dan manusia. Keduanya merendahkan dan meremehkan agama, mengasingkan agama dan kehidupan bermasyarakat, mempropagandakan terbentuknya negara sekuler yang atheis. Keduanya berperilaku kejam dan banyak menciptakan pertarungan berdarah serta menghancurkan prinsip-prinsip yang sudah ada dengan kekuasaan dan kekerasan.       ‘SIKAP ISLAM TERHADAP PROBLEM KEMISKINAN’  1.    Kritik islam terhadap kelompok Pengkultus Kemiskinan Islam dengan tegas menolak pemikiran kelompok pertama yang melihat fenomena kemiskinan dengan cara istimewa dan melihat kebahagiaan hidup dengan cara yang lebih umum. Islam juga menolak kelompok-kelompok sufi yang telah mengadopsi pemikran-pemikiran  yang sengaja disebarkan di kalangan orang islam seperti masnikenisme Persia, mistisme India, monasitisme Nasrani, serta aliran-aliran kepercayaan ekstrem lain yang mirip dengan aliran tersebut. Dalam Al Quran, tak satupun ayat yang melegitimasi atau merestui kemiskinan. Dengan demikian juga dalam hadis yang shahih. Hadis-hadis yang memuji kehidupan zuhud di dunia, bukan lantas memuji kemiskinan. Zuhud bukan berarti menutup diri untuk memiliki sesuatu dalam kehidupan. Justru al-zahid adalah orang yang memiliki dunia, namun dia memposisikan kekayaannya tersebut di dalam “tangannya” bukan menyemayamkan di kedalaman hatinya. Di sisi lain, Islam menganggap kekayaan sebagai suatu anugerah atau nikmat dari Allah yang perlu disyukuri. Sebaliknya islam emnganggap kemiskinan sebagai suatu problem kehidupan, bahkan sebagai suatu musibah yang perlu dihindari. Dengan demikian Islam banyak menawarkan solusi untuk mengentaskan kemiskinan tersebut. 2.    Kritik Islam terhadap Pandangan jabariyah Sebagaimana menolak pandangan kelompok pertama ̶ yang mendewakan kemiskinan, kekurangan materi, dan ketersiksaan fisik secara umum ̶  islam juga menolak pikiran-pikiran kelompok kedua yang menganggap kemiskinan merupakan sebuah ‘keterpaksaan’. Kelompok ini juga berpikir bahwa kaya-miskin merupakan suatu keharusan dan ketentuan (takdir) yang diberlakukan untuk umat manusia. Tak ada seorangpun yang mampu menghindar atau menolak kehadirannya. Tak ada satupun rekayasa atau upaya untuk menghindarinya. Kekayaan orang kaya dan kemiskinan orang miskin semata-mata merupakan kehendak Allah. Maka semestinya, setiap orang menerima dengan senang hati semua ketentuan Allah. Tidak perlu menuntut ganti ataupun perubahan nasib. Pandangan diatas merupakan batu sandungan bagi upaya perbaikan terhadap harta yang rusak, kecurangan timbangan, penegakan keadilan, dan solidaritas kemiskinan. Sementara itu dalam rangka menyempurnakan misalnya membebaskan manusia dari jerata kemskinan, mengajui hak individu untyuk memperoleh kehidupan yang layaj serta menegakkan pilar-pilar solidaritas sosial, Islam harus memerangi dan mengkikis habis pikiran-pikiran miring kelompok ini. Pikiran-pikiran yang sudah mulai menyebar dan mengambil posisi di hati dan pikiran manusia sejak zaman yang silam. Akhirnya pandangan seperti diatas begitu laris diadopsi oleh orang-orang kaya, dan dengan segala ketololan dan kebodohannyam si miskin menerima keadaan tersebut. Ditambah lagi, para pemuka agama, dengan segala kealpaan dan kemunafikannya justru menyebarkan pikiran fatalistik ini. Al Quran datang untuk mengajak para hartawan agar menginfakkan sebagian harta yang dimiliki untuk hamba-hamba Allah yang lain, ia mewajibkan mereka untuk memberikan hartanya kepada mereka yang datang meminta dan tidak punya harta. Kalau mereka menghindar dengan alasan bahwa yang terjadi atas kehendak dan takdir Allah.   3.    Kritik Islam terhadap Kelompok yang Mencukupkan Kesalehan Individual dan Sedekah Sukarela Islam menolak konsep mencukupkan diri pada aspek sunnat ini. Islam melihat, bahwa membiarkan orang-orang lemah dan miskin, hidup di bawah belas kasihan orang kaya, justru semakin menyianyiakan kehidupan emreka, terutama jika hati si kaya sudah membatu, imannya lemah, egonya telah menguasai dirinya dan harta ebnda lebih dicintai dibandingkan Allah dan Rasul. Inilah modal kehidupan sosial masyarakat jahiliyah yang mendapat teguran langsung dari Allah. Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim. Dan kamu tidak saling mengajak emmberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka ddengan cara mencampurbaurkan yang halal dan yang batil dan kamu mencintai harta ebnda dengan kecintaan yang berlebihan (QS AL fajr 17-20).    4.    Kritik Islam terhadap Kapitalisme Islam tidak setuju terhadap anggapan orang kaya bahwa mereka adalah pemilik absolut terhadap harta kekayaam. Mereka adalah pemilik pertama dan terakhir. Jika mau, mereka bersedekah kepada siapa saja yang mereka suka. Jika tidak, mereka tidak mau memberikan serma kepada siapa saja yang mereka suka. Mereka menghambur-hamburkan uang menurut selera hawa nafsunya. Anggapan seperti ini sama dengan pandangan atau konsep kapitalisme. Islam secara tegas menolak pandangan terhadap kapitalisme. Islam menganggap, harta dan kekayaan hakikatnya adalah milik Allah. Dia yang menciptakan dan emberikan kepada manusia. Orang kaya hanyalah wakil dan bendahara Tuham yang bertugas mengamankan harta tersebut. Dengan bahasa lain, orang kaya hanyalah wakil dari pemilik yang sebenarnya untuk menjaga, mengembangkan dan mendistribusikan sesuai dengan ketentuan yang direstui Allah. ...dan nafkahkanlah sebagian hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya (QS Al Hadid 7) ...Dan berikanlah kepada mereka sebagian harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepada kamu  (An Nur 33) Jadi, harta benda pada hakikatnya adalah harta titipan Allah yang diberikan sebagai rizki kepadanya. Oelh karena itu, Allah, menjelaskan kepada orang-orang kaya bahwa ada hak-hak tertentu dalam kekayaan mereka.  5.    Kritik Islam terhadap Marxisme  Islam dengan tegas menolak pandangan ini, karena jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ajarannya: 1)    Walaupun di aklangan masyarakat ada kelompok-kelompok borjuis yang aniaya serta memiliki moral yang tidak baik sehingga menereka melakukan kejahatan pada orang lain, tetapi di sisi lain amsih banyak kaum borjuis lain yang mensyukuri anugerah harta dan kekayaannya dan menunaikan hak-hak Allah dan hak manusia yang ada di dalam harta mereka. Islam tidak memperbolehkan menghancurkan kelas-kelas secara general hanya karena dosa satu orang dari kelas tersebut. 2)    Islam mengakui adanya dasar-dasar kepemilikan harta secara pribadi. Sebab hal tiu adalah sebagai upaya memenuhi dorongan atau tuntutan fitrah dasar manusia. Juga karena disitu ada dampak-dampak tersendiri dalam memajukan kehidupan sosial masyarakat dan meningkatkan perekonomian mereka. Dengam demikian, islam memberikan batasan-batasan khusus terhadap kepemilikan individual. Tetapi secara umum islam melindungi dan menghormati dasar-dasar kepemilikan dengan aturan-aturan khusus. Dan islam menjadikan itu sebagai dasar bagi sistem perekonomian. 3)    Islam melihat bahwa iri hati dan dengki merupakan penyakit yang bisa meludeskan amal-amal shaleh dan mengikis nilai-nilai luhur agama. Penyakit ini dapat merujuk kepada bahaya dan dampak negatif yang ditimbulkan. Kalau keadaan sudah rusak, islam mewajibkan masyarakat untuk berperan serta mengadakan perbaikan, memadamkan api kejahatan tersebut dan melunakkan hati dan perasaan. Dari itulah islam dengan tegas menolak tiap-tiap aliran yang secara terbuka berusaha menyulut permusuhan. 4)    Islam tidak ingin menawarkan suatu solusi atas problem ekmiskinan tetapi solusi tersebut bisa menimbulkan problem abru yang justru lebih bahaya dibandingkan yang pertama. Orang-orang kapitalis dan sosialis mencari solusi atas problem kemiskinan dan perekonomian secara umum dnegan membelenggu kebebasan masyarakat serta membangkitkan pola kediktatoran yang kejan dan tirani, menggunakan harta dan kekuatan seeenak perutnya sendiri dan tidak memberikan kesempatan untuk bekerja dan memiliki harta yag dimiliki secara bebas-merdeka. 5)    Kelompok-kelompok kominis dan sosialis ternyata konsep mereka yang dianggap modern tidak mampu memecahkan dan menjadi solusi atas problem keiskinan. Mereka tidak mampu mengangkat taraf hisup orang miskin. 6)    Kita  melihat ajaran sosialisme sebenarnya tidak respek dan tidak peduli terhadap orang miskin dan lemah. Ia hanya memfokuskan perhatiannya kepada kaum proletar sebagai alat untuk merombak tatanan sosial.           ‘KEMISKINAN DI INDONESIA’ Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan unutk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global.  Di Indonesia kemiskinan sudah merajalela di pelosok daerah. selain kemiskinan ekonomi, kebanyakan rakyat Indonesia juga mengalami miskin pengetahuan dan kesenjangan social. Karena rendahnya pendidikan mereka, banyak rakyat Indonesia yang hidup serba kekurangan. Sampai tidak mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Dan terpaksa melibatkan anak-anaknya untuk mencari uang demi kelangsungan hidup sehari-hari. Sehingga rendahnya pendidikan terus saja terjadi. Dan akhirnya mengakibatkan kesenjangan social yang bisa menimbulkan tindak kekerasan dan kejahatan. Seperti mencopet, mencuri, merampok dan lebih parahnya membunuh dan memutilasi yang sekarang sering ditemukan dikalangan masyarakat.  Tetapi sekarang ini, terutama di Indonesia, tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang berpengetahuan luaspun tidak kalah kejamnya. Seperti korupsi hingga triliunan rupiah yang dilakukan oleh para pejabat tinggi negara. Tindakan itu sama saja merugikan seluruh rakyat Indonesia dan membuat kemiskinan di Indonesia semakin meningkat. Dan pemerintahpun sepertinya belum sanggup untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia saat ini.          ‘SARANA PENGENTASAN KEMISKINAN’ Cara-cara untuk keluar dari kemiskinan yaitu: a.    Bekerja b.    Jaminan hidup dari famili yang mampu c.    Zakat d.    Jaminan kas islam dengan berbagai sumbernya e.    Hak-hak selain zakat f.    Derma sukarela dan kesalehan individual.                 ‘PENGERTIAN DAN TEORI-TEORI PEMBANGUNAN’ Perubahan nampaknya merupakan suatu hukum alam yang tak dapat di hindari oleh siapa dan apa saja yang ada di dunia ini. Kita tidak menyangka umpanya Negara republic China  yang lahir dan di besarkan olehn faham Komunisme dangan tiba-tiba berubah menjadi suatu Negara yang membuka dirinya terhadap pandangan komunisme liberal dan komunisme. Demikian juga Rusia yang menjadi pusat dari komunisme denagan tiba-tiba pula memulai membuka dirinya terhadap Faham-faham yang dulu pernah di perangi oleh partai komunis rusia. Kita  tidak menyangka bahwa pimpinan partai komunis Rusia akan mengijinkan gereja dan umat keristen Ortodox junani di rusia untuk merayakan ulang tahun mereka yang keseribu dengan terbuka dan besar-besaran. Agamapun nampaknya dalam dunia modern saat ini juga di landa Oleh perubahan. Para pemimpipin Agama pada saat ini di minta untuk secara aktif ikut memikirkan permasalahan-permasalahan duniwi  yang kompleks yang pada saat ini di hadapi oleh umat manusia. Demikian kompleks permasalahan manusia di dunia ini sehingga pemerintah ‘’ secular” tidak dapat lagi memecahkan permasalahan itu tanpa bantuan fisik agama. Misalnya para umat agama Kristen di dunia ini tidak akan mengira bahwa gereja dan pempinannya akan terlibat dalam proses  pemecahan masalah duniawi seperti memberantas kemiskinan, mencegah kerusakan lingkungan, dan mencegah tejadinya pelanggaran hak asasi manisia. Tetapi itulah yang terjadi pada saat ini suatu gereja ( Agama ) yang merasa terpanggil untuk memikirkan pembangunan suatu kehidupan duniawi yang lebih baik di dunia ini bagi umatnya dan bukan umatnya hanya meniyiapkan umatnya untuk hidup lebih baik sesudah mereka mati. Nampaknya ada tuntutan baru dikalangan umat manusia terhadap agama dan pim pimpinannya untuk menciptakan hidup yang lebih baikdi dunia ini dan bukan hanya menjajnjikan kehidupan yang lebih baik di dinia akhirat. Tuntunan seperti saya sebutkan di atas nampaknya sangat keras di kalangan umat agama yang hidup di Negara-negara berkembang. Disini permasalahan-permasalahan yang dihadapi manusia cukup banyak dan kompleks sifatnya tetapi  mempunyai inti permasalahan yang satu yakni masalah keterbelakangan ( underdevelopment ) yakni kebodohan dan kemiskinan. Adanya permasalahan-permasalahan seperti ini membuat agama dan pemimpin agama dan pimpinan agama di negara –negara  yang sedang berkembang tidak dapat diam berpangku tangan dengan mengatakan bahwa agama tidak mengurusi permasalahan umat yang bersifat fisik tetapi agama hanyalah mengurusi aspek spiritual dari kehidupan manusia. Pandangan dikotomis seperti itu menurut hemat kami tidaklah relevan lagi untuk dipakai sebagai  dasar pemikiran para pemimpin agama di Negara-negara yang sedang berkembang. Berpikir dikotomis dalam menentukan fungsi agama di dunia ini akan membawa agama di Negara-negara yang sedang berkembang menghadapi segala permasalahan yang dihadapi oleh agama di Negara-negara yang  telah maju yakni “dijahui oleh umatnya”. Adalah suatu fakta di Negara-negara yang sedang berkembangbahwa kemiskinan dan kebodohan adalah dua ciri kehidupan sebagian terbesar dari rakyat Negara-negara itu. Demikian kuatnya lilitan kemiskinan dan kebodohan itu terhadap kehidupan rakyat di Negara-negara yang sedang berkembang, sehingga kehidupan mereka itu telah dirasakan oleh mereka semasa masih hidup di dunia ini, para ahli ilmu-ilmu social barat yang mengadakan penelitian terhadap kehidupan rakyat miskin di Negara-negara yang sedang berkembangmelihat bahwa dahsyatnya kemiskinan itu tidak hanya mempengaruhi kehidupan fisik mereka, tetapi ia mempengaruhi kehidupan cultural mereka dengan menciptakan apa yang mereka sebut sebagai suatu ‘’ Budaya kemiskinan “ budaya ini memiliki norma-norma hidup yang berbeda dengan norma-norma hidup manusia yang normal. Gabungan antara kemiskinan fisik dan budaya kemiskinan itu membuat penderitaan hidup mereka sama dengan penderitaan mereka yang ada di neraka, Menghadapi situasi seperti itu logis kalau orang mulai menanyakan apa yang dapat di lakukan oleh agama dan pipinan agama untuk membantu memecahkan permasalahan itu. pertanyaan itu muncul atas dasar pengertian dari sifat hakiki agama itu yakni sifat transformatif. Agar kita dapat menggunakan  sifat dasar agama yang transformative untuk menolong sesama umat manusia dan bangsa dari lilitanj kemiskinan dan kebodohan, kita perlu merubah cara kita berteologi. Sampai saat ini kita masih sering mengartikan berteologi sebagai obat penenang pada saat  imam mendapat tantangan  dari sekularisme dan konsumerisme dan bukan sebagai kasih, tindakan dan komitmen untuk pelayanan sesame manusia. Diu Negara yang sedang berkembabang, Khususnya di Indonesia, berteologi seperti ini berarti suatu sikap untuk membebaskan sesame umat manusia dari kemiskinan dan budaya kemiskinan, dengan kata lain agama  dan pimpinan agama di tuntut sebagai manifestasi ketinggian kadar keimanan mereka untuk terlibat langsung membangun kehidupan materill yang lebih baik bagi umatnya. Inilah esensi dari fungsi baru yang di tuntut oleh umat terhadap agama dan pemimpin keagamaan di jaman modern ini. Tuntutan ini pula yang merupakan dasar dari teologi pembangunan. Membangun surga di dunia yang berarti menghilangkan kemiskinan dan budaya kemiskinan sesama manusuia dengan cara berbuat sesuatu yang kongkrit adalah tanda-tanda jaman yang harus di penuhi oleh agama dan pimpinannya.  Mengacu pada definisi umum, pembngunan dinyatakan sebagai sebuah konsep normative yang mengisyaratkan pilihan-pilihan tujuan unutk mencapai apa yang disebut sebagai realisasi potensi manusia. Pembangunan identik dengan modernisasi, meskipun tidak selalu demikian. Maknanyapun jelas tidak sama antar pembangunan dan modernisasi. Menurut pendapat Baratha (1991) dinyatakan bahwa pembangunan adalah suatu usaha perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik, berdasarkan pada norma-norma tertentu. Perubahan-perubahn yang direncanakan dengan melalui pendayagunaan potensi alam, manusia dan social budaya ini disebut pembangunan.     Pembangunan adalah proses pembaharuan yang kontinyu atau terus menerus dari satu keadaan tertentu ke satu keadaan yang lain yang lebih baik (Bintaro, 1987). Di sisi lain katz (1981) juga mendefinisikan pembangunan sebagai perubahan social yang besar dari satu keadaan dengan keadaan yang lainnya yang dipandang lebih bernilai.     Adapun secara teoritik, cukup baik mengikuti mengikuti pendapat yang diacu dan diringkas oleh Arif Budiman (1995), yang menyatakan teori-teori pembangunan yang ada saat ini adalah sebagai berikut : 1.    Teori David McClelland. Menekankan pada aspek psikologi individu. Menagjukan konsep need of achievement (n-ach) atau kebutuhan untuk berprestasi dianggap mewakili pandanagan ini. Teori ini mengatakan bahwa proses pembangunan berarti membentuk manusia yang berjiwa wiraswasta dengan jiwa n-ach yang tinggi. 2.    Teori Harrold – Domar. Teori ini menyatakan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah penyediaan modal untuk investasi. Teori ini biasanya diadopsi dan dikembangkan oleh para ahli ekonomi. 3.    Teori Alex Inkeles dan David Smith. Menekankan  lingkungan material yaitu lingkungan pekerjaan, sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern. Pengalaman kerja yang dimiliki seseorang akan secara signifikan mengubah watak dan mentalitas pelakunya. 4.    Teori Max Weber. Menekankan nilai-nilai budaya. Max berbicara masalah tentang peran agama, terutama konsepnya yang sudah menjadi klasik. Nilai- nilai masyarakat, termasuk nilai agama, mempunyai peran yang menentukan dalam upaya mempengaruhi tingkah laku individu. Nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat dapat diarahkan pada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi proses pembangunan dlam masyarakat tersebut akan berhasil. 5.    Teori Rostow. Menekankan adanya lembaga-lembaga social dan politik yang mengatur dan mendukung proses pembangunan. Teori ini diwakili oleh pandangan Rostow yang mengungkapakan pada lima tahapan perutmbuhan ekonomi, dan Hoselitz yang menekankan pada lembaga-lembaga yang melaksanakan lima tahapan pertumbuhan ekonomi tersebut. Kalau Max Weber menekankan pada nilai-nilai abstrak, sebaliknya Hoselitz menekankan pentingnya lembaga-lembaga yang konkrit.          BAB III PENUTUP 1.    Kesimpulan Islam menganggap fenomena kemiskinan sebagai prolema kehidupan yang perlu dicarikan solusinya. Bahkan kemiskinan merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius dan penanganan serius dan penanganan yang segera. Dan islam menjelaskan bahwa hal itu adalah sesuatu yang bisa dilaksanakan. Tapi bukan berarti dengan berusaha mengentaskan kemiskinan tersebut, kita menentang takdir dan kehendak Tuhan. Ada 5 pandangan mengenai problem kemiskinan, yaitu : pandangan pengkultus kemiskinan, pandangan jabariyah, pandangan penyeru kesalehan, pandangan kapitalisme dan pandangan sosialisme-marxis.  2.    Kritik dan Saran Kita sebagai umat islam yang baik sebaiknya bekerja keras demi mencapai kemakmuran hidup di dunia. Tidak hanya menyerahkan kehidupan kita terhadap nasib dan takdir. Allah tidak akan merubah nasib hamba-Nya kecuali hambanya tersebut berusaha merubahnya. Tetapi dalam bekerja keras kita juga dianjurkan utnuk berbagi terhaap sesama yang membutuhkan. Karena pada hakikatnya harta dan kekayaan adalah milik Allah semata. Kita hanya sebagai titipan saja.

{ 0 comments... read them below or add one }

Posting Komentar