mengetahui sekilas tentang agama jainisme di india

Posted by Rumah Subsidi Malang

BAB I

pendahuluan

1.1              Latar Belakang

            Mengetahui lebih lanjut tentang agama agama dunia, salah satunya yaitu agama yang berasal dari india, sementara penduduk di india sendiri juga memiliki perbedaan kepercayaan, seperti pemeluk agama hindu, agama budha, agama jainisme, dll.

            Dalam makalah ini hanya dibatasi untuk agama jainisme saja, yang mencakup didalamnya. Banyak diantaranya membahas mengenai ajaran agama, kapan agama jainisme lahir, singkatnya agama jainisme atau juga disebut kaum jain ini terlahir di india dengan Vardhamana sebagai penutannya.

 

1.2       Rumusan masalah
1. Pengertian agama jainisme
2. doktrin agama jainisme
3. Pokok ajaran agama jainisme
4. Kesimpulan



Bab II Pembahasan
2.1       Pengertian agama jainisme
Jainisme hampir tidak ada di luar India, dan bahkan di India sendiri jumlah pengikutnya relatif sedikit kira-kira 1,5 juta orang. Namun ia mempunyai pengaruh besar yang tidak sesuai dengan ukurannya.
Jainisme oleh beberapa kalangan dianggap sebagai sebuah sekte dalam Hinduisme dan oleh kalangan lainnya dianggap sebagai agama tersendiri. Agama itu didirikan kira-kira 32 tahun sebelum Budhisme, dan kedua agama ini sama-sama berawal sebagai gerakan reformasi di dalam Hinduisme.

Mahavira (pahlawan besar), yang hidup pada abad 16 B.C., mendapat kehormatan sebagai pendiri Jainisme. Mahavira lahir di dalam kasta penguasa (Ksatria) dan hidup dalam kemewahan sampai ia melepaskannya ketika ia berusia kira-kira 30 tahun. Selama 12 tahun ia hidup dengan penyangkalan-diri yang esktrim dan meditasi, sehingga menurut cerita ia mencapai nirwana. Ia menghabiskan sisa hidupnya selama 30 tahun sebagai makhluk mahatahu (kevali) dengan mengajar para pengikutnya.



2.1       Sekte-sekte agama jainisme
Pada saat kematiannya, Mahavira telah mendirikan kelompok-kelompok biarawan yang besar, dan salah satu dari kelompok tersebut berhasil bertahan meneruskan agama ini. Dengan berlalunya waktu, Jainisme terbagi menjadi tiga sekte.
Sekte Digambara(berpakaian-langit)                  mengabaikan semua pakaian,sekte ini adalah sekte awal dari kaum jain, sedangkan Sekte Shvetambara (berpakaian putih) memperbolehkan mengenakan pakaian putih yaitu kolompok yang menolah doktrin dari sekte digambara dan membuat golongan tersendiri.
Sekte Sthanakavasi kemudian muncul sebagai kelompok reformasi yang menentang penyembahan berhala di dalam Jainisme. Setiap kelompok sekte tersebut memiliki kitab-kitab suci kanonikal yang berbeda. Nama umum untuk kumpulan kitab-suci Jainisme adalah Agama (aturan/ajaran/perintah). Jumlah buku-buku itu bervariasi dari 33 sampai 84 buku tergantung kepada masing-masing sekte.
Pengikut Jainisme meyakini bahwa agama mereka lebih tua dari Hinduisme, karena Mahavira adalah Thirthankara (orang suci; orang yang mengetahui kebajikan) ke-24 dan yang terakhir. Agama tersebut diperkirakan telah ada sejak masa yang sangat purba bersama denganThirthankara pertama yang bernama Rishabha. Alasannya adalah bahwa Mahavira merupakan penata, pembuat sistem, dan reformator, bukan pencetus asli.
Tujuan setiap orang Jain adalah menjadi Jina (pemenang) seperti yang dilakukan Mahavira, karena hanya dengan demikianlah mereka bisa dilepaskan dari siklus kelahiran kembali (reinkarnasi). Jainisme adalah sebuah agama atheistik dalam pengertian bahwa mereka menyangkal eksistensi (keberadaan) Makhluk Tertinggi atau Pencipta beserta segala kuasa supranaturalNya. Jainisme meyakini dewa-dewi Hindu hanya sedikit lebih tinggi dari manusia.
Karena anti-supranaturalismenya, orang Jain memandang keselamatan itu adalah humanistik. Manusia harus berpegang kepada kemampuannya sendiri. Adalah bodoh jika mencari bantuan dari kekuatan-kekuatan luar. Bebas dari penderitaan dan lolos dari reinkarnasi hanya dapat dicapai dengan disiplin diri dan asketikisme yang keras.
Menurut Jainisme, alam semesta tidak diciptakan dan bersifat kekal. Alam semesta memiliki dua kelompok independen dan kekal, yang hidup (jiva) dan tidak hidup (ajiva). Yang hidup adalah jiwa dan yang tidak hidup adalah benda. Jain bahkan juga percaya bahwa tumbuh-tumbuhan, serangga, api, air, angin dan bumi memiliki jiwa yang hidup.
Meskipun mereka tidak pernah menjelaskan bagaimana hal itu terjadi, Jain menyatakan bahwa setiap jiva (jiwa yang hidup) selalu terikat ajiva (benda yang mati) oleh karma, material halus yang membuat jiwa terikat dengan benda. Keselamatan (moksha) berarti pelepasan jiwa dari benda, yang hanya dapat dicapai dengan menghentikan karma baru dan dengan menjauhkan jiwa dari karma yang ada. Sistem kebiaraan Jainisme dirancang untuk menghentikan karma baru dengan melakukan kegiatan yang dapat mencegah pemasukannya.
‘Tiga permata’ Jainisme adalah pengetahuan yang benar, iman yang benar dan perilaku yang benar. Pengetahuan yang benar artinya pemahaman terhadap filosofi Jain. Iman yang benar artinya percaya dengan kitab-kitab suci Jain. Perilaku yang benar mencakup beberapa hal, dimana yang terpenting adalah ahimsa, atau tanpa melukai (tanpa kekerasan).
Jainisme sejak lama menerapkan ahimsa, sehingga prinsip itu telah menjadi ciri agama Jain yang sangat terkenal. Biarawan Jain menyapu jalan di depan mereka ketika mereka berjalan agar tidak membunuh serangga yang ada di jalan. Mereka menyaring semua air yang mereka minum dan memeriksa semua makan sebelum makan. Mereka adalah vegetarian yang ketat, tetapi mengakui bahwa sayur-sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan yang mereka makan juga memiliki jiwa. Sehingga mereka harus mengaku dosa setiap hari dan memperkecil dosa dengan memakan jenis kehidupan yang tidak penting. Karena kebanyakan pekerjaan bisa berhubungan dengan pembunuhan yang tidak disengaja terhadap bentuk-bentuk kehidupan yang kecil, penganut Jain yang serius, terbatas dengan sedikit pekerjaan (misalnya bidang perbankan dan asuransi).
Puasa merupakan cara terbaik untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup, dan beberapa di antara biarawan Jain meneruskan puasa terakhir: mereka duduk selama berhari-hari dan kelaparan sampai mati. Hal ini dianggap merupakan jalan untuk mencapai pembebasan.
Ketentuan lain atas perilaku yang baik adalah melaksanakan penghematan, keterus-terangan, tidak mencuri, kesederhanaan, dan tidak membawa apa-apa.



2.3       Pokok ajaran agama jainisme
1. Mengenai hukum karma, kaum jain menganggap bahwa setiap orang tgerikat dengan karma, atas perbuatan jahat yang dilakukan setiap manusia, berbeda dengan agama hindi dan budha yang menganggap bahwa karma itu ada karma baik dan karma buruk, yaitu apabial seseorang meloki perbuatan baik maka ia akan mendapatkan karma yang baik dan sebaliknya. Sedangkan kaum jain, kaum jain hanya memiliki satu karma saja yitu hanya karma buruk saja,
2. Kaum jain juga memiliki prinsip- prinsip, yaitu diantaranya :
                        a. Ahimsa yaitu melakukan tindakan yang merugikan mahluk hidup lainnya, seperti membunuh binatang, tumbuhan dll. Memang kalau dipikir  dengan logika, kita tidak akan pernah bisa untuk tidak melakukan yang seperti itu, karena apabila kita tidak memanfaatkan seperti tumbuhan dan binatang sebagai kebutuhan menusia seperti untk makan misalnya, apa kita bisa makan dengan tidak menggunakan pokok makan dari tumbuhan dan hewan, Lalu bagaimana orang jain menanggapi tentang konsep ini?  Lalu muncul jawaban memang tidak bisa dan, tapi semua itu dapat diminimalisirkan seperti dengan berpuasa, ada satu prinsip bahwa seseorang  berpuasa sampai dia meninggal, dan orang seperti ini dianggap telah mencapai kebebasan dimana dia telah berengkarnasi.
                        b. Satia yaitu kebenaran berbicara yang bermaksud tidak berbohong kapada sesama mahluk, karena juga kita ketahui bahwa berbohong adalah merugikan orang lain.
                        c. Asetya yaitu mencuri, dengan sesama manusia dalam faham kaum jain dilarang untuk mencuri, sama seperti pada hukum hukum yang ada bahwa muncuri merugikan orang lain.
                        d. Brahma-charya




2.4       Kesimpulan
(1) Jainisme lebih merupakan agama egosentris, bukan agama yang Allah-sentris. Agama ini sepenuhnya menolak supranatural dan lebih mendukung dualistis alam semesta benda dan jiwa yang tidak diciptakan dan yang kekal. Di dalam Jainisme tidak ada tempat bagi Allah yang berpribadi.
(2) Dalam Jainisme tidak ada belas-kasih atau kasih-karunia, yang ada hanya hasil perbuatan. Mereka telah mengembangkan salah satu sistem legalisme yang terberat yang pernah ada di dunia.
(3) Jainisme lebih merupakan ritualisme daripada hubungan, lebih legalisme daripada kebebasan. Bahkan kasihpun dihilangkan karena menyebabkan banyak ‘embel-embel’. Setiap orang pada pokoknya harus memikirkan usahanya sendiri, bukan perjuangan dari orang lain.
(4) Agama ini mempunyai ciri-ciri pesimisme, bukan pengharapan.
(5) Ia tidak memberi tempat bagi orang yang lemah, cacat, atau orang muda. Hanya orang kuatlah yang sanggup mendapatkan keselamatan.
(6) Ia merupakan kegagalan sosial dan rohani. Ia tidak berhasil menghapuskan kasta, dan belum pernah berhasil membersihkan diri dan kuilnya dari pemberhalaan dan polytheisme yang mereka cela. Jainisme sebenarnya menyembah dan berdoa kepada 24 Thirthankara, dan kuil mereka penuh dengan berhala.



Daftar pustaka
  1. http://id.wikipedia.org/wiki/Jainisme
  2. Ministry, http://www.semarang-ministry.org/jainisme/
  3. http://www.artikata.com/arti-331284-jainisme.html
  4. http://pengetahuan-dunia-nobri.blogspot.com
  5. www.wihara.com/forum/.../8960-buddhisme-vs-jainisme.html
  6. media.mitrasites.com/pikiranrakyat/jainisme.html

{ 2 comments... read them below or add one }

Unknown mengatakan...

terima kasih gan sudah beri tahu informasi tentang agama jain
dari sini aq dpat bnyk pelajaran ternyata bnyak agam agam yg salah jalur
yang aq tahu tuhan itu maha adil dan maha pengampun
tetapi kebingungan ku semua agama di dunia ini kbnyakan salah jalur dan aq bingung gimna cara memuja tuhan kita yang sebenar nya

Unknown mengatakan...

harapan ku adalah semoga tuhan kita memberi petunjuk yang benar

Posting Komentar