Sains
Prinsip,
Metode, Aplikasi dan Karakteristik
Oleh
: Anharul Ulum
A. Pendahuluan
Ilmu pengetahuan
berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia yang berlangsung
secara bertahap. Ilmu pengetahuan ini merupakan implementasi dari pengetahuan
yang ada yang didasarkan pada rasio dan kaidah-kaidah yang ada. Dengan ilmu
pengetahuan kita dapat mengetahui sesuatu yang lebih jelas lagi. Karena dengan
ilmu pengetahuanlah manusia dapat memanfaatkan semua fasilitas yang ada di bumi
ini dengan sebaik-baiknya tanpa mengadakan perusakan.
Pengertian ilmu
dapat dirujukan pada kata Science
(inggris), R Harre menulis ilmu pengetahuan adalah kumpulan teori yang sudah di
uji coba yang menjelaskan tentang pola –pola yang teratur ataupun tidak teratur
di antara fenomena yang dipelajari secara hati-hati.[1]
Manusia
mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini.
Dia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena dia bukan sekedar
hidup, namun lebih dari itu. Dengan ilmu pengetahuan, manusia mengembangkan
kebudayaan, memberi makna pada kehidupan, dan memanusiakan diri dalam
kehidupannya. Bahkan lebih luas lagi ilmu pengetahuan dapat membantu manusia
untuk mencapai tujuan hidupnya.
Pada masa modern
sekarang ini, ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat. Muncul berbagai
disiplin ilmu baru yang merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang sudah ada.
Sehingga banyak manusia yang kebingungan untuk memilah ilmu mana yang
seharusnya mereka pelajari untuk membantu mencapai tujuan mereka. Disamping itu
juga terjadinya pembelajaran ilmu pengetahuan secara campuran yang
mengakibatkan orang atau manusia kebingungan dengan karakteristik dan tujuan
ilmu yang mereka pelajari.
Maka dari itu
penulis akan mengungkap mengenai prinsip, metode, aplikasi dan karakteristik
ilmu pengetahuan secara umum. Namun sebelumnya penulis akan menampilkan dahulu
mengenai klasifikasi ilmu pengetahuan agar memudahkan Kami dalam menganalisis
karakternya masing-masing, yang Kami ambil dari berbagai referensi yang ada dan
juga dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Kemudian bila
yang dimaksud ‘ilmu’ oleh kacamata sudut pandang saintisme adalah apa yang
mereka sebut sebagai ‘sains’ maka itu adalah pandangan yang keliru, sebab untuk
mendefinisikan apa itu ‘sains’ kita harus berangkat dari dasar metodologinya,b ila
metodologi sains adalah metode empirisme dimana parameter kebenaran ilmiah nya
adalah bukti empirik maka kita harus mendefinisikan ‘sains’ sebagai ‘ilmu
seputar dunia fisik-materi’ sebab hanya dunia fisik-materi itulah yang bisa
dibuktikan secara empirik, sedang definisi pengertian ‘ilmu’ menurut versi
Tuhan adalah alat atau jalan atau cara untuk mengelola dan memahami keseluruhan
realitas baik yang abstrak maupun yang konkrit (sehingga kedua alam itu bisa
difahami sebagai sebuah kesatuan unit-sistem), dan metodologi ilmu versi Tuhan
itu tidak dibatasi oleh keharusan bukti empirik sebab manusia diberi akal dan
hati yang memiliki ‘mata’ untuk menangkap dan memahami realitas atau hal hal
yang bersifat abstrak.
Segala sesuatu
yang ada, mesti harus dapat dipertanggungjawabkan keberadaanya secara ilmiah dengan
mendasarkan pada argumentasi-argumentasi ilmiah, yaitu penjelasan yang logis dan
pembuktian yang empirik. Untuk menjalankan proses tersebut filasat menawarkan tiga
kosep dasar yang merupakan penyangga dari ilmu filsafat itu sendiri. Yaitu, ontologi,
epistemologi dan aksiologi. Dengan itu semua akan melahirkan ilmu pengetahuan, yang
kemudian melalui interaksi budaya, manusia mampu mengembangkan ilmu tersebut.[2]
Jadi jelaslah bahwa
tumbuh berkembangnya ilmu pengetahuan itu, akan seirama dengan tumbuh kembangnya
peradaban umat manusia. Peradaban umat manusia, dimulai dengan kesadaran akan adanya
Tuhan yang maha kuasa yang lalu mentumbuhkan keberagaman, dan diikuti dengan
hasrat ingin tahu akan keberadaan dan proses terjadinya segala sesuatu di alam
raya yang lalu melahirkan filsafat, yang merupakan induk yang melahirkan ilmu
pengetahuan.
Sebelumnya saya
ingin memberikan sedikit pengertian mengenai epistimologi, ontologi dan
aksiologi sains guna menambah sidikit penjelas berkaitan dengan makalah ini. Epistimologi adalah
pembahasan mengenai metode
yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan.
Epistimologi sains menjelaskan
tentang objek pengetahuan sains, cara
memperoleh pengetahuan sains,
cara mengukur benar
tidaknya pengetahuan sains. Ontologi sains
merupakan ilmu yang
mempelajari tentang hakekat
dan struktur sains. Dan
hakikat sains menjawab
pertanyaan apa sains
itu sebenarnya, dan
struktur sains menjelaskan tentang cabang-cabang sains. Dan
penjelasan aksiologi sains saya letakkan pada subbab berikutnya untuk
keselarasan sekaligus penjelsannya.
B. Prinsip, Metode dan Aplikasi
Science
Sains pada prinsipnya
merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense,
suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari
dan dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi,
eksperimen, survey, studi kasus dan lain-lain. Istilah common sense sering dianalogikan
dengan good sense, karena seseorang dapat menerima dengan baik. Jadi, kaitannya
dengan sains, sains beranjak dari common sense, dari peristiwa sehari-hari yang
dialami manusia namun terus dilanjutkan dengan suatu pemikiran yang logis dan
teruji.
Sains merupakan suatu
metode berpikir secara objektif. Tujuannya menggambarkan dan memberi makana pada
dunia yang faktual. Sains adalah gambaran yang lengkap dan konsisten tentang berbagai
fakta pengalaman dalam suatu hubungan yang mungkin paling sederhana (simple possible
terms). Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan
yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan
fenomena-fenomena yang terjadi di alam.
Sains
(pengetahuan) juga kumpulan pengetahuan tentang sesuatu kenyataan yang tersusun
secara sistematis, dari usaha manusia yang dilakukan dengan penyelidikan, pengamalan
dan percobaan-percobaan. Bahasa yang lebih sederhana, sains adalah cara ilmu
pengetahuan yang didapatkan dengan menggunakan metode tertentu. Sains dengan definisi
diatas seringkali disebut dengan sains murni, untuk membedakannya dengan sains
terapan, yang merupakan aplikasi sains yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Metode dalam
ilmu pengetahuan yang berkembang dari abad ke-17 dan sampai sekarang masih
digunakan untuk membedakan antara ilmu pengetahuan yang asli di satu sisi dan
pseudosains atau ilmu pengetahuan yang palsu dari sisi yang lain. Disini saya
berfokus terutama pada metode induksi dan bagaimana dampak penggunaan dari
metode tersebut pada dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. Lalu kemudian, apakah
teori-teori ilmu pengetahuan dapat mencapai tahap kebenaran mutlak dengan
menyandarkan pada bukti-bukti yang mereka punya untuk mendukung argumentasi.
Lahirnya ilmu
pengetahuan modern membuat semacam ideal tentang bentuk pengetahuan tertentu.
Akan tetapi dalam proses selanjutnya, ideal tersebut tetap di tataran normatif,
dan tidak pernah sungguh-sunggu diwujudkan dalam praktek. Lalu apakah kemudian
suatu pernyataan ilmiah sungguh-sungguh mendiskripsikan dunia objektif, dunia
fisik, dan bukan gambaran-gambaran yang hanya muncul dalam pikiran kita saja.
Metode sainstifik dirumuskan dengan tujuan sedapat mungkin menghilangkan semua
bias personal dan mendapatkan pengetahuan berdasarkan bukti-bukti faktual yang
ada.[3]
Salah satu tanda
dari ilmu pengetahuan adalah pentingnya bukti-bukti yang kuat dan dapat
ditempatkan dalam kerangka teori umum. Proses perumusan teori hanya dapat
sampai pada tahap probabilitas, ini adalah dari pernyataan yang bersifat
partikular menuju pernyataan umum yang universal dalam dunia. Salah satu
prinsip induksi, seperti dikatakan oleh Bertrand Rusell adalah bahwa semakin
sering dua objek diamati secara bersama-sama maka semakin kuatlah asumsi bahwa
dua objek tersebut terkait secara kasual, yakni yang satu menyebabkan yang
lain, dan sebaliknya.[4]
Metode Induksi
adalah suatu pendekatan untuk memperoleh pengetahuan dengan didasarkan pada
imperialitas pengumpulan data sehingga informasi yang didapat dari data
tersebut dapat dicek, dan kemudian dirumuskan kesimpulan berdasarkan atasnya.
Secara praktis metode induksi menempuh sitidaknya enam langkah.
Pertama,
bukti-bukti dikumpulkan dan faktor-faktor yang tidak relevan dengan penelitian
segera disingkirkan. Kedua, kesimpulan diambil dari bukti-bukti itu yang
kemudian bermuara pada terbentuknya hipotesis. Ketiga, eksperimen dilakukan
untuk menguji validitas hipotesis. Tujuannya adalah untuk menemukan prediksi
yang tepat didalam eksperimen-eksperimen berikutnya. Keempat, jika diperlukan
hipotesis akan diubah untuk menampung berbagai data yang muncul dari eksperimen
yang lebih baru. Kelima, setelah menempuh empat proses diatas, teori umumnyapun
dirumuskan, yakni teori yang terkait dengan hipotesis dan data-data
eksperimental. Keenam, teori umum tersebut akan sering digunakan untuk membuat
semacam prediksi.
Semua teori ilmu
pengetahuan, termasuk yang berbasis pada metode induksi, hanya dapat
menyimpukan sampai tahap probabilitas. Selalu ada kesempatan, muncul data-data
baru yang menunjukkan bahwa teori lama tidak lagi memadai. Suatu teori sering
kali hanya opresional pada ruang lingkup yang terbatas, sehingga ditempat lain,
atau disituasi yang berbeda, teori tersebut tidaklah bekerja. Ruang dan waktu
adalah sistem ikatan umum semua kemungkinan, selama sistem tersebut dibatasi
relevansinya bagi fakta aktualitas umum. Karena kemungkinan adalah ada sesuatu
yang memiliki kemampuan untuk dicapai, yang diabstraksikan dari pencapaian.[5]
Bahkan, ada
teori yang memiliki daya penjelas yang sangat kuat sehingga tampak bersifat
mutlak, teori didalam ilmu pengetahuan yang meggunakan metode induksi selalu
dapat di falsifikasi, yakni dicari bukti-bukti baru yang mungkin dapat
membuktikan ketidakmutlakan teori tersebut, bahkan seperti dikatan Karl Proper,
teori ilmiah tidak dapat disebut teori, jika teori tersebut tidak dapat
dibuktikan keabsahannya.[6]
Sains yang normal berupaya dan harus secara sinambung berupaya membawa teori
dan fakta kepada manusia yang lebih dekat dan kegiatan itu dapat dengan mudah
dilihat sebagai penguji atau pencari pengukuhan, atau falsifikasi. Akan tetpi
tujuannya adalah memecahkan teka-teki yang eksistensinya harus diasumsikan
kesahihan paradikmanya.[7]
David Hume,
menunjukkan bahwa hukum-hukum didalam ilmu pengetahuan hanyalah merupakan
ringkasan dari apa yang telah dialami sejauh ini. Semakin banyak bukti yang
mengkonfirmasi trsebut, semakin tinggilah tingkat probabilitasnya. Akan tetapi
tidak satupun bukti-bukti didunia ini yang dapat menuntun klaim hukum tersebut
menuju kepastian mutlak. Hume berpendapat bahwa proses manusia mengamati
dunianya selalu melibatkan kemampuan rasio manusia sehingga pengamatan itu
bersifat terbatas. Dengan demikian, pengetahuan kita akan dunia, tidak akan
pernah mutlak. Cara kita mengamati dan melihat dunia ini juga bukanlah
satu-satunya, melainkan salah satu saja. Bagi Kant pada kemudian hari, manusia
hanya mampu mengetahui benda sebagai penampakan dan bukan benda pada dirinya
sendiri.
Pada abad ke-20,
muncul aliran baru di dalam filsafat yang disebut sebagai positivme logis. Para
pemikir yang ada didalam aliran itu berpendapat bahwa bahasa dan makna haruslah
dimengerti dalam kerangka metode sainstifik, yakni menggunakan bukti-bukti
empiris sebagai kreteria bagi validitas. Dengan kata lain, maka haruslah dapat
diverivikasi, seperti bukti-bukti lainnya pada ilmu pengetahuan. Oleh sebab
itu, kriteria validitas suatu pernyataan ilmiah bukan hanya koherensi matematis
dengan prinsip-prinsip logis (apriori), tetapi juga tergantung pada bukti-bukti
empiris (aposteriori).
Goodman berkata
bahwa, memang pengalaman dengan pola yang sama yang berulang membawa kita
menciptakan semacam kebiasaan dipikiran kita, yakni karena kita melihat pola
tersebut terkait dua benda yang berbeda, sehingga tampak yang satu akan
mengakibatkan yang lain. Dengan begitu, segala sesuatupun diprediksi dengan
asumsi bahwa pola yang sama pasti akan berulang, sehingga menciptakan
kebiasaan.
Pengamatan akan
fakta partikular akan bermuara pada penciptaan semacam aturan didalam pikiran
yang dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi dimasa depan. Poin
disini adalah bahwa masa lalu tidak memiliki pengaruh logis yang bersifat
niscaya terhadap masa depan. Dengan kata lain, fakta bahwa sesuatu yang terjadi
dimasa lalu belum pasti hal tersebut akan berulang pada masa depan. Dan
sebaliknya.
Dari hal ini,
kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada semacam lingkaran epistemologis didalam
proses induksi, yakni bahwa aturan-aturan umum selalu ditentukan oleh gejala
partikular, dan prediksi atas gejala partikular pun ditentukan oleh
aturan-aturan kuasalitas yang bersifat umum. Ada semacam interaksi timbal balik
antara anturan umum dengan gejala partikular. Oleh sebab itu, jika suatu teori
dikatakan berhasil menjelaskan sesuatu, teori itu berhasil, tetapi tidak ada
kepastian teori itu akan terus berhasil. Goodman berkata yang terpenting
bukanlah prediksi mana yang benar secara mutlak, melainkan apa perbedaan yang
mendasar nantara prediksi yang sah, dan perdiksi yang tidak sah? Jawabannya
adalah kreadibilitas aturan yang digunkaan sebagai alat prediksi. Semakin
kredibel aturan tersebut, makin kuatlah daya prediksi teori.[8]
Problem bukanlah
lagi tentang bagaimana suatu hukum yang berasal dari gejala partikular dapat
dipertangungjawabkan, tetapi bagaimana suatu hipotesis yang berawal dari gejala
partikular dapat memadai, dan yang tidak. Dengan kata lain, gajala partikula
manakah yang dapa digeneralisasikan sehingga valid untuk dijadikan dasar bagi
suatu teori? Jawabannya adalah hipotesis dalam bentuk hukum, dan bukan
hipotesis dalam bentuk aksidental. Ini adalah salah satu problem epistemologis
besar didalam filsafat ilmu modern.
Aksiologi berasal
dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti dan logos
yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah "teori tentang nilai". Sedangkan
pengertian Aksiologi menurut Jujun S. Suriasumantri adalah teori, nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.[9]
Aksiologi
merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
axios yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi
adalah teori tentang nilai dalam berbagai bentuk.Dalam kamus Bahasa Indonesia
aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang
nilai-nilai khususnya etika.
Pembahasan
aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya
pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat
dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama,
bukan sebaliknya menimbulkan bencana.
Aksiologi ialah
ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau dari
sudut pandang kefilsafatan (Kallsolt, 2004:318). Tafsir (2007: 25) berpendapat
bahwa aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari
klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan pengetahuan itu sendiri,
akhirnya dilihat perkembangannya. Aksiologi sains membahas tentang kegunaan
sains, cara sains menyelesaikan masalah, dan netralitas sains. Sebenarnya yang
kedua merupakan contoh aplikasi yang pertama.
Kegunaan
Sains
Ada tiga
kegunaan sains, yaitu sebagai alat pembuat eksplanasi, sebagai alat peramal dan
sebagai alat pengontrol:[10]
a.
Teori sebagai Alat Eksplanasi
Menurut T. Jacob
dalam Ahmad Tafsir mengatakan bahwa sains merupakan suatu system eksplanasi
yang paling dapat di andalkan dibandingkan dengan sistem lainnya dalam memahami
masa lampau, sekarang, serta merubah masa depan. Contoh dari teori ini akhir
tahun 1997 di Indonesia terjadi gejolak moneter, yaitu nilai rupiah naik.
Semakin murah dibandingkan dengan dolar ( kurs rupiah terhadap dolar menurun).
Gejolak ini telah memberikan dampak yang cukup luas terhadap kehidupan di Indonesia.
Gejalanya ialah harga semakin tinggi dan cara menerangkan gejala ini ialah
teori-teori ekonomi (mungkin juga politik) dapat menerangkan
(mengeksplanasikan) gejala itu. Teori ekonomi mengatakan karena banyaknya
hutang luar negeri jatuh tempo (harus di bayar), hutang itu harus di bayar
dengan dolar, maka banyak sekali orang yang memerlukan dolar, maka harga dolaar
naik dalam rupiah.
b.
Teori sebagai Alat Peramal
Ketika membuat
eksplanasi, biasanya ilmuwan telah mengetahui faktor penyebab terjadinya gejala
itu. Dengan mempertimbangkan factor penyebab itu, ilmuwan membuat ramalan.
Dalam bahasa ilmuwan ramalan disebut prediksi, untuk membedakan dari ramalan
dukun.
Dalam contoh
kurs dolar tadi, dengan mudah orang ahli meramal. Misalnya, karena di kemudian
bulan hutang luar negeri jatuh tempo semakin banyak, maka di prediksikan kurs
rupiah terhadap dolar akan semakin lemah. Ramalan lain misalnya, harga barang
dan jasa pada bulan mendatang akan naik.
c. Teori sebagai Alat Pengontrol
Eksplanasi
merupakan bahan untuk membuat prediksi dan control. Ilmuwan, selain mampu
membuat prediksi berdasarkan eksplanasi gejala, juga dapat membuat control.
Sebagai contoh agar kurs rupiah menguat, perlu di tangguhkan pembayaran hutang
yang jatuh tempo, jadi pembayaran hutang di undur. Kita dapat mengontrol kurs
rupiah terhadap dolar agar tidak naik dengan cara menangguhkan pembayaran
hutang terhadap dolar atau dengan menangguhkan pembangunan proyek yang
memerlukan bahan import. Kontrol merupakan tindakan yang di duga dapat mencegah
terajdinya gejala yang tidak diharapkan.
Cara
Sains Menyelesaikan Masalah
Sains
menyelesaikan masalah dengan cara yang pertama, mengidentifikasi masalah.
Kedua, mencari teori tentang sebab-sebab masalah tersebut. Ketiga, kembali
membaca literature lagi. Ilmuan dalam studinya tentang sekelompok fenomena
melakukan tiga tahapan kerja, antara lain :
Mula-mula sekali di himpun fakta-fakta atau
data dari obyek studinya. Apabila fakta-fakta telah terkumpul, maka dapat
melangkah ketahap berikutnya. Pelukisan fakta-fakta, dengan cara, membentuk
defenisi dan pelukisan umum, melakukan analisis tentang fakta-fakta itu, mengklasifikasikan
fakta-fakta itu.
Setelah
fakta-fakta ini terlukiskan maka sampailah ia ke tahap terakhir, penjelasan
fakta-fakta dengan jalan sebagai berikut : Menentukan sebab-sebab (dengan
menentukan hal-hal yang mendahului peristiwa). Merumuskan hukum (dengan penentuan
keserba tetapan peristiwa)
Netralitas
Sains
Menurut John
Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu
sistem seperti politik, sosial, agama.Perkembangan yang terjadi dalam
pengetahuan ternyata melahirkan sebuah polemik baru karena kebebasan
pengetahuan terhadap nilai atau yang bisa kita sebut sebagai Netralitas pengetahuan
(value free). Sekarang mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan
pengetahuan yang didasarkan pada keterikatan nilai.
Netral biasanya
diartikan tidak memihak. Dalam kata “sain netral” pengertian itu juga terpakai.
Artinya sains tidak memihak pada kebaikan dan tidak juga pada kejahatan. Itulah
sebabnya istilah sains netral sering dig anti dengan istilah sains bebas nilai
(value free). Sedangkan lawannya ialah sains terikat (value bound). Sains
netral mempunyai keuntungan bahwa sains netral perkembangannta akan cepat
terjadi karena tidak ada yang menghambat atau menghalangi tatkala peneliti
memilih dan menetapkan objek yang hendak diteliti, cara meneliti, dan tatkala
menggunakan produk penelitian.
C. Karakteristik
Beberapa orang
mencoba menghubung-hubungkan sains dengan agama, atau sains dengan mitos atau
yang terbaru, mengatakan kalau sains hanyalah budaya barat. Karena itu, kita
harusnya paham apa saja sifat sains sesungguhnya. Berikut saya sertakan
beberapa sifat sains yang telah diterima luas di kalangan ilmuan.
1.
Objektif
Sains itu objektif artinya, sains
tidak boleh mengatasnamakan pokoknya, dalam sains keyakinan tidak menjamin
kebenaran, suara banyak tidak menjamin kebenaran, satu-satunya hakim dalam perselisihan ilmiah adalah fenomena
atau fakta. Dalam wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedi bebas objektif adalah
pertimbangan antara hubungan sesuatu dengan obyeknya. objektif dalam keilmuan
berarti upaya-upaya untuk menangkap sifat alamiah (mengindentifikasi) sebuah
objek yang sedang diteliti/ dipelajari dengan suatu cara dimana hasilnya tidak
tergantung pada fasilitas apapun dari subjek yang menyelidikinya.[11]
Setiap ilmu
memiliki objek yang menjadi pusat kajian. Objek yang dikaji dalam mempelajari
suatu ilmu biasanya bersifat spesifik. Contohnya ilmu matematia, ilmu biologi,
kesenian dll.
2. Logis dan Rasional
Logis, berkaitan
dengan logika. Logika adalah suatu cara dan kemampuan berfikir berdasarkan
beberapa aksioma dan dalil-dalil yang dianggap benar. Dalam Wikipedia bahasa
indonesia, ensiklopedia bebas Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος
(logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata
dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai
ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin:logica scientia) atau ilmu
logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara
lurus, tepat, dan teratur.
Istilah logis dan
rasional sangat tidak asing. Dua kata tersebut setidaknya dalam satu hari punya
porsi sendiri untuk masuk ke telinga atau mata baca kita. Terkesan memang tidak
ada perbedaan, sama persis barangkali. Versi kamusnya, kalau kita mencari kata
logis; benar menurut penalaran, sedangkan rasional; cocok dengan akal. Tipis
sekali. Namun saya rasa penting untuk membuat kapling tersendiri dalam membahas
perbedaan kata ini. Paling tidak kita dapat mengetahui posisi sains menurut
sudut pandang Islam serta keseimbangan porsinya dalam hidup di dunia. Kurang
lebihnya pembedaan tersebut diawali dengan teori Kant, yang menyatakan bahwa
rasional itu adalah kebenaran akal yang diukur dengan hukum alam. Atau dengan
kata lain, rasional adalah pemikiran yang baru disebut masuk akal, jika tolak ukurnya
hukum alam.
Salah satu
penjelasannya akan kita dapati dari cerita Nabi Ibrahim yang tidak hangus
dibakar api. Menurut hukum alam hal tersebut tidak rasional karena Nabi Ibrahim
termasuk materi yang hangus jika dibakar. Di lain sisi, kita dapati fakta
tentang pesawat terbang yang tetap bisa menjulang tinggi ke langit walaupun
beratnya ratusan ton. Ya, karena telah dirancang sesuai dengan hukum alam, dan
itu rasional. Dapat ditegaskan lagi, bahwa akal pastinya diukur dengan hukum
alam, dan kebenaran rasional tersebut sangat terikat dengan hukum alam.
Sementara itu
tentang logis, kebenarannya dibagi menjadi dua. Yang pertama logis-rasional
seperti telah diuraikan tadi, yang kedua logis-supra-rasional. Untuk yang kedua
ini titik tolaknya bukan pada hukum alam, tetap pada argumen. Bila argumennya
masuk akal, maka dapat diterima. Dengan kata lain, ukuran kebenaran
logis-supra-rasional adalah logika dalam susunan argumen yang bersifat abstrak,
meskipun melawan hukum alam, yang karena logis tetap sah dan autentik untuk
diterima.
3.
Memiliki metode
Dalam
mempelajari ilmu pengetahuan tidak dilakukan secara asal-asalan. Tetapi
memerlukan metode khusus. Metode yang digunakan untuk mempelajari ilmu
pengetahuan disebut metode ilmiah. Metode ilmiah di gunakan untuk meneliti dan
mempelajari suatu objek sehingga ditemukan kebenaran. Ilmu yang dikembangkan
dengan menggunakan metode ini kebenaranya akan diakui secara ilmiah oleh
seluruh pakar ilmu pengetahuan yang berlaku sampai ada bukti baru yang
menentang atau menggugurkannya. Ada dua hal yang kiranya cukup jelas membedakan
antara suatu teori ilmu pengetahuan deng klaim opini biasa, yakni hakikat dari
kesimpulan yang dibuat oleh metode yang digunakan untuk sampai pada kesimpulan
itu.[12]
4.
Bersifat sistematis
Ilmu pengetahuan
harus bersifat sistematis. Maksudnya adalah ilmu pengetahuan harus tersusun
secara sistematis dari yang sederhana hingga yang kompleks yang diatur
sedemikian rupa sehingga yang satu dan yang lainnya dapat saling mendukung.
Sifat sistematis ini bertujuan untuk mempermudah dalam mempelajari ilmu
tersebut. Dengan demikian maka ilmu merupakan tubuh pengetahuan yang tersusun
dan terorganisasi dengan baik.[13]
Sistematis
adalah segala usaha untuk menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan
yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara
utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
obyeknya.[14]
5.
Bersifat Universal
Ilmu pengetahuan
harus bersifat universal, maksudnya adalah kebenaran yang disajikan dalam ilmu
pengetahuan harus berlaku secara umum dan diterima di semua institusi
pendidikan. Sifat universal ini selain bertujuan untuk mempermudah dalam
pembelajaran juga agar tercipta suatu keseragaman. Sehingga kebenaran yang
diungkapkan dapat di terima diseluruh pelosok dunia.
Tidaklah bisa
dikatakan sebuah ilmu pengetahuan apabila hanya terdapat dapat pada daerah
tertentu yang diyakini oleh orang orang pada tertentu. Pengakuan dari
keseluruhanlah, yang menjadi suatu sifat dikatakan sebagai ilmu.
6.
Bersifat Verifikatif
Artinya
pernyataan yang berupa kebenaran dalam ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak,
tetapi bersifat terbuka atau verifikatif. Sehingga bila suatu masa di temukan
bukti-bukti baru yang tidak mendukung kebenaran yang semula maka teori tersebut
dapat di tumbangkan untuk memberi tempat pada kebenaran yang baru yang lebih
relevan. Suatu teori dianggap memadai jika teoritersebut dapat difalsifikasi,
atau ditemukan bukti-bukti yang nyata yang bertentangan dengan teori. Jika
suatu teori tidak dapat difalsifikasi dan tidak ditemukan bukti-bukti yang
nyata maka teori itu dianggap sebagai dokma dan tidak berguna.[15]
Referensi
Adib
Muhammad. 2011. Filsafat Imu. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Ekawati
Dien. 2013. Reorientasi ontologi, Epistimologi dan Aksiologi dalam perkembangan
sains. Jurnal Tarbiyah volume 10 nomer 2.
Wattimena
RezaA.A. 2008. Filsafat dan Sains. Jakarta: Grasindo.
Alred
North Whitehead. 2005. Sains Dan Dunia Modern, terj. Komarudin. Bandung: Nuansa.
Thokmas
S. Kun, Filsafat Imu, terj. Tjun Surjaman. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993),
hal. 80
Burhannudin
Afid. 2013. Epistimologi, Ontologi, Aksiologi, Pengetahuan Sains. Filsafat ilmu. Wikipedia bahasa indonesia.
[1] Muhammad Adib, Filsafat Imu,
(Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 46
[2] Dien Ekawati, Reorientasi
ontologi, Epistimologi dan Aksiologi dalam perkembangan sains. Jurnal Tarbiyah
volume 10 nomer 2 edisi Desember 2013. Hal. 76
[3] RezaA.A Wattimena, Filsafat dan
Sains, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal. 161
[5] Alred North Whitehead, Sains Dan
Dunia Modern, terj. Komarudin (Bandung: Nuansa, 2005), hal. 179
[6] RezaA.A Wattimena, Filsafat dan
Sains, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal. 164
[7] Thokmas S. Kun, Filsafat Imu,
terj. Tjun Surjaman. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 80
[8] RezaA.A Wattimena, Filsafat dan
Sains, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal. 164
[9] Dien Ekawati, Reorientasi
ontologi, Epistimologi dan Aksiologi dalam perkembangan sains. Jurnal Tarbiyah
volume 10 nomer 2 edisi Desember 2013. Hal. 82
[10] Afid Burhannudin. Epistimologi,
Ontologi, Aksiologi, Pengetahuan Sains. Filsafat ilmu 21 april 2013
[11] Wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas
[12] RezaA.A Wattimena, Filsafat dan
Sains, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal. 174
[13] Muhammad Adib, Filsafat Imu,
(Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 114
[14] Wikipedia bahasa Indonesia,
Sistematis.
[15] RezaA.A Wattimena, Filsafat dan
Sains, (Jakarta: Grasindo, 2008), hal. 176
{ 2 comments... read them below or add one }
Menangkan juga Jackpot hingga ratusan juta rupiah.
Custumer Service online kami siap 24jam akan melayani Deposit,
withdraw dan Registrasi anda dengan cepat, ramah, sopan dan
juga profesional.
Kami bertransaksi Menggunakan Bank BCA, BNI, BRI , Danamon , dan Mandiri
Ayo segera daftarkan diri anda di www,pokers1288,pw
(WA : 081910053031)
s1288Poker adalah agen bandar online indonesia yang terfavorit dan banyak penggemarnya, Permainan seru ini tanpa bot, tanpa admin dan 100% player vs player. Situs ini adalah jenis permainan Kartu online yang menggunakan uang asli untuk taruhan. Ayo segera bergabung bersama kami di www,s1288,poker - Kami adalah Agen Bandar Online Yang Terbaik dan Terpercaya di Indonesia. Dengan minimal deposit dan withdraw termurah anda bisa mainkan permainan ini sekarang juga. (WA : 081910053031)
Posting Komentar