Memahami masalah Akhlak dan Metode-metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Materi / Tema : Akidah Akhlak
Kelas / Semester : X / 1
Standart Kompetensi :
Memahami masalah Akhlak dan Metode-metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Kompetensi Dasar :
1) Menjelaskan pengertian akhlak
2) Menjelaskan Induk-induk akhlak terpuji dan Induk-induk akhlak tercela
3) Menjelaskan macam-macam metode peningkatan kualitas akhlak dalam kehidupan
4) Menerapkan metode-metode peningkatan kualitas akhlak dalam kehidupan
Indikator :
Indikator Umum
Peserta didik dapat mengetahui dan memahami akhlak dan metode-metode peningkatan kualitas akhlak dengan baik dan benar.
Indikator khusus
- Peserta didik dapat menjelaskan pengertian akhlak dengan benar.
- Peserta didik dapat menjelaskan Induk-induk akhlak terpuji dan Induk-induk akhlak tercela dengan baik dan benar.
- Peserta didik dapat menyebutkan metode-metode peningkatan kualitas akhlak dengan baik dan benar.
- Peserta didik dapat Menerapkan metode-metode peningkatan kualitas akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Uraian :
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Perkataan Akhlak berasal
dari perkataan (al-ahlaaku) ialah kata jama dari pada perkataan
perkataan (al-khuluqu) berarti: tabiat, kelakuan , perangai, tingkah laku , matuah, adat kebiasaan, malah ia jubga berarti agama itu sendiri.
Definisi Akhlak menurut istilah ialah: sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian, dan paksaan.[1]
Allah Ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَة
“Sungguh telah ada bagi kalian suri tauladan yang baik pada diri Rasulullah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang paling mulia akhlaknya.” (HR. Al-Bukhari no. 6203 dan Muslim no. 2150)
Nabi Solallohu alaihi wasallam bersabda yang maksudnya: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia.” (H.R. Ahmad).
“Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Ahmad).
Pengertian Akhlak dalam
Kamus besar Bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau
kelakuan. Dalam bahasa Arab kata Akhlak (akhlaq) diartikan sebagai
tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama . Meskipun katan akhlak
berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam
al-Qur’an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadits. Satu-satunya
kata yang ditemukan dalam al-Qur’an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq,
tercantum dalam surat al-Qalam ayat 4. yaitu:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) betul-betul di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Dalam Tiga pakar dibidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih Al Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa
akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih
dahulu. Akhlak
merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah
disabdakan oleh rasulullah shalallohu alaihi wasallam: “Orang mu’min
yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (H.R.
Tirmidzi, dari Abu Hurairah radhiallohu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh
Ahmad. Dishahihkan oleh Al Bani dalam Ash Shahihah No. 284 da 751.)
B. Induk – induk Akhlak Terpuji dan Induk – induk Akhlak Tercela.
A. Tasamuh
Tasamuh artinya “lapang
dada”. Maksudnya adalah menerima sesuatu yang tidak menyenangkan dengan
keyakinan, bahwa dibalik sesuatu itu ada hikmah yang mendatangkan
kebaikan.[2]
Orang yang memiliki sifat
tasamuh manakala mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang
lain senantiasa dapat menerima dengan lapang dada. Ia tidak marah
walaupun dirinya dihina atau dicaci. Sebaliknya tidak sedikit orang yang
meluapkan kemarahannya hanya Karena tersinggung dengan ucapan orang
lain. Orang seperti itu menganggap bahwa dirinya telah dihinakan dan
penghinaan itu tidak dapat diatasinya, kecuali dengan melampiaskan
kemarahan.[3]
Perhatian nasihat rasulullah dengan sabdanya:
إن فيك خصلتين يحبهما لله : الحلم والأ ناة.
Artinya:
“sesungguhnya engkau mempunyai dua tabiat dan kekuasaan yamg disukai oleh Allah, yaitu sabar dan ketenangaan”.
Tasamuh atau lapang dada
ternasuk akhlak terpuji. Orang yang tidak ada bandingannya dalam hal
tasamuh adalah Rasulullah. Dalam menyiarkan agama islam, Rasulullah
banyak mengalami cobaan dan rintangan, namun semua itu beliau hadapi
dengan lapang dada. Misalnya, ketika Rasulullah dating ke Thaif hendak
mengajak penduduk Thaif untuk memeluk agama islam, beliau disambut
dengan cacian dan makian. Mereka
meneriaki beliau dengan kata-kata yang menghinakan dan menyakitkan.
Mereka melempari dengan batu, sampai kedua kaki beliau mengucurkan
darah. Sikap kasar penduduk Thaif itu beliau terima dengan penuh
kesabaran dan lapang dada, bahkan beliau berdo’a untuk mereka yang
Artinya:“Ya Allah,berilah petunjuk kepada kaumku, karena mereka tidak mengerti.”
Dalam kehidupan sehari-hari
kejadian yang kita alami, adakalanya menyenangkan, adakalanya
menyusahkan. Seringkali kita merencanakan sesuatu, tetapi ada saja ada
hambatan yang menyebabkan kita tidak dapat melaksanakan rencana kita
itu. Dalam keadaan demikian kita tidak perlu kecewa, tetapi hendaknya
kita berlapang dada, karena dibalik hambatan itu tentu Allah sudah
merencanakan sesuatu yang lain demi kebaikan kita. Misalnya, kita sudah
merencanakan hendak pergi rekreasi, tetapi tiba-tiba kendaraan yang kita
gunakan rusak, sehingga kita tidak jadi untuk pergi rekreasi. Ketika
kita mengalami hal seperti itu kita harus mengambil hikmahnya. Misalnya,
mungkin saja kalau kita pergi juga saat itu, kita akan mengalami
kecelakaan.[4]
Di rumah, kampus ataupun di masyarakat mungkin saja terjadi, apabila ada yang
menyinggung perasaan kita, semua itu sebaiknya kita hadapi dengan
lapang dada. dengan tasammuh atau lapang dada, insyaalah pergaulan kita,
di dalam keluarga, di kampus, dan di masyarakat akan senantiasa
terpelihara dengan baik.[5]
B. Ta’awun
Ta’awun
artinya tolong menolong dalam ajaran islam. Dalam ajaran islamn sikap
sifat Ta’awun ini sangat diperhatikan. Ta’awun atau tolong menolong
termasuk akhlaq terpuji. Sifat dan sikap ta’awun ini telah dimulai pada
awal perkembangan agama islam. dalam sejarah banyak sekali perilaku nabi
dan para sahabat, serta kaum muslimin yang berkaitan dengan sikap
ta’awun. Kita ketahui, betapa Siti Khadijah dengan harta dan dorongan
semangatnya telah menolong perjuangan Rasulullah dalam menyiarkan ajaran
islam.
Ketika nabi
beserta kaum muslimin hijrah ke madinah, terjalin suasana yang penuh
keakraban dan saling menolong antar kaum anshar (penduduk madinah)
dengan kaum muhajirin (kaum Muslim yang dating dari makkah).
Firman Allah:
و تعا ونوا على البر و التقوى ولا تعاونوا على الإثم و العدوان.
Artinya:
“ dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kabajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”
Sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya sehari-hari, manusia saling membutuhkan antara sesamanya. Orang
yang miskan membutuhkan pertolongan dari orang yang kaya, berupa
makanan, uang, materi yang lainnya. Orang yang kaya pun membutuhkan
pertolongan dari orang yang miskin berupa jasa, tenaga dan sebagainya.[6]
Menolong orang bukan hanya
dengan harta atau materi, tetapi bisa juga dengan tenaga, dengan ilmu,
nasihat, dan sebagainya. Biasakanlah untuk bersikap ta’awun, atau saling
menolong dari hal-hal yang kecil. Misalnya, meminjamkan pensil atau
penghapun kepada yang memerlukan. Menunjukkan alamat kepada orang yang
menanyakan alamat kepadamu dan lain sebagainya.
Jika kita
sudah terbiasa menerapkan sikap ta’awun ini dalam kehidupan sehari-hari,
maka kita akan senantiasa peduli terhadap kesulitan orang lain dan
berusaha sedapat mungkin untuk menolongnya. Jika kita suka menolong
orang maka kita pun akan ditolong orang. Mungkin orang
yang menolong itu adalah orang yang pernah kita tolong, atau mungkin
juga orang yang menolong kita adalah orang yang tidak pernah kita tolong
atau tidak pernah kita kenal. Sebaliknya jika kita tidak pernah
menolong orang, maka kit pun tidak pernah ditolong orang.[7]
C. Ujub
Ujub menurut bahasa adalah
keheranan. Sedangkan menurut istilah adalah sikap/ prilaku bermegah
diri/berbangga diri. Orang yang yang berprilaku ujub beranggapan bahwa
segala kesuksesan yang di raih, seperti harta yang berlimpah, kepandaian
yang tidak tertandingi, dan pangkat yang tinggi semata-mata karena
hasil usaha serta kehebatan dirinya. Semua itu ia pikir, ia raih tanpa
bantuan dari siapapun termasuk Allah.
Orang yang bersikap / berprilaku ujub biasanya selalu merasa dirinya
besar, selalu benar, tidak pernah salah atau keliru, karenanya tidak
bisa menerima kritik orang lain.[8]
D. Takabbur
Takabbur adalah sikap
perilaku membesarkan diri dan tidak menerima kebenaran serta memandang
kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam bahasa Indonesia perkataan
takabur sama dengan sombong. Sikap/perilaku takabur termasuk akhlak
tercela dan wajib dijauhi oleh setiap muslim muslimah. Sebagaimana Allah
berfirman:
Artinya:“Tidak
diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang takabbur (sombong). (QS. An-Nahl:23)
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zhahir.[9]
Kesombongan batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati),
sedangkan kesombongan zahir adalah kesombongan yang dilakukan anggota zahir, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat
dari apa yang terjadi di hatinya. Kesombongan batin akan memaksa
anggota tubuh untuk melakukan hal-hal yang bersifat sombong, maka
apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan disebut dengan
kibr (sifat sombong).
Contoh-contoh perbuatan
takabur::mau bergaul dengan orang sederajat, misalkan sama kayanya,
pandainya dan kedudukannya, menganggap bahwa perbuatannya itu selalu
benar,tidak memperdulikan orang lain,mudah emosi jika pendpatnya tidak
diikuti orang lain
Dampak dari perbutan
takabur /Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang
dapat di timbulkan dari sifat ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan masuk surga
(memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya ada kesombongan
walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)
Sifat sombong terdapat persoalan, pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Tetapi pengobatannya adalah dengan ilmu dan amal.[10] Karena penyakit ini tidak mungkin dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah dengan mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu’.
Sifat sombong terdapat persoalan, pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Tetapi pengobatannya adalah dengan ilmu dan amal.[10] Karena penyakit ini tidak mungkin dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah dengan mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu’.
Cara menghindari sikap
takabur yaitu : Selalu melihat yang bawah dalam hal dunia,tidak mudah
meremehkan orang lain,berkeyakinan bahwa di atas kita ada yang lebih
kuasa,berusaha menjadi orang yang lebih bersyukur
E. Malas belajar dan malas bekerja
Malas belajar/bekerja
adalah sikap tercela. Karena mempeajari ilmu pengetahuan yang
bermanfaat dan mencari rizki yang halal hukumnya adalah wajib. Sifat
malas adalah sifat nafsu yang tidak dapat melihat kemaslahatan kedepan
dan keinginannya adalah keenakan sesaat tanpa melihat akibatnya,
sehingga walaupun orang itu baik,sukses, tetapi banyak yang gagal karena
kemalasan. Oleh karena itu malas belajar dan malas bekerja merupakan
prilaku tercela yang mendatangkan kerugian.[11]
C. Macam- macam Metode Peningkatan Kualitas Akhlak
Menurut Al Ghazali, pengembangan pribadi
pada hakikatnya adalah perbaikan akhlak, dalam artian
menumbuh-kembangkan sifat-sifat terpuji (mahmudah) dan sekaligus
menghilangkan sifat-sifat tercela (madzmummah) pada diri seseorang. Akhlak
manusia benar-benar dapat diperbaiki, bahkan sangat dianjurkan sesuai
sabda Rasulullah SAW “Upayakan akhlak kalian menjadi baik” (Hassinuu
akhlaqakum). Al Ghazali menaruh perhatian besar pada masalah akhlak
serta mengemukakan berbagai metode perbaikan ahlak. Metode peningkatan
ahlak yang beliau ungkapkan dalam berbagai buku beliau dapat
dikelompokkan atas tiga jenis metode yang berkaitan satu dengan lainnya
yang oleh penulis makalah ini dinamakan:[12]
- Metode Taat Syari’at
Metode ini berupa pembenahan diri, yakni
membiasakan diri dalam hidup sehari-hari untuk melakukan kebajikan dan
hal-hal bermanfaat sesuai dengan ketentuan syari’at, aturan-aturan
negara, dan norma-norma kehidupan bermasyarakat. Disamping
itu berusaha untuk menjauhi hal-hal yang dilarang syara’ dan
aturan-aturan yang berlaku. Metode ini sederhana dan dapat dilakukan
oleh siapa saja dalam kehidupan sehari-hari. Hasilnya akan berkembang
sikap dan perilaku positif seperti ketaatan pada agama dan norma-norma
masyarakat, hidup tenang dan wajar, senang melakukan kebajikan, pandai menyesuaikan diri dan bebas dari permusuhan.
- Metode Pengembangan Diri
Metode yang bercorak psiko-edukatif ini
didasari oleh kesadaran atas kekuatan dan kelemahan diri yang kemudian
melahirkan keinginan untuk meningkatkan sifat-sifat baik dan sekaligus
menghilangkan sifat-sifat buruk. Dalam
pelaksanaannya dilakukan pula proses pembiasaan (conditioning) seperti
pada “Metode Taat Syari’at” ditambah dengan upaya meneladani perbuatan
dari pribadi-pribadi yang dikagumi. Membiasakan diri dengan cara hidup
seperti ini secara konsisten akan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan dan
sifat-sifat terpuji yang terungkap dalam kehidupan pribadi dan kehidupan
bermasyarakat. Metode ini sebenarnya mirip dengan metode pertama, hanya
saja dilakukan secara lebih sadar, lebih disiplin dan intensif serta
lebih personal sifatnya daripada metode pertama.
- Metode Kesufian
Metode ini bercorak
spiritual-religius dan bertujuan untuk meningkat kan kualitas pribadi
mendekati citra Insan Ideal (Kamil). Pelatihan disiplin diri ini menurut
Al Ghazali dilakukan melalui dua jalan yakni al-mujaahadah dan
al-riyaadhah. Al Mujaahadah adalah usaha sungguh-sungguh untuk
menghilangkan segala hambatan pribadi (harta, kemegahan, taklid,
maksiat). Al-Riyaadhah adalah latihan mendekatkan diri pada Tuhan dengan
selalu berusaha meningkatkan kualitas ibadah. Kegiatan sufistik ini
berlangsung dibawah bimbingan seorang Guru yang benar-benar berkualitas
dalam hal ilmu, kemampuan dan wewenangnya sebagai Mursyid.
Diantara ketiga metode
tersebut, metode kesufian dianggap tertinggi oleh Al Ghazali dalam
proses peningkatan derajat keruhanian, khususnya dalam meraih ahlak
terpuji.
D. Menerapkan metode – metode Peningkatan Kualitas Akhlak dalam Kehidupan.
1) Metode syari’at
a. Membiasakan diri untuk selalu melakukan kebaikan dan menjauhi yang di larang syara’
b. Menjauhi permusuhan
c. Membiasakan diri untuk menyesuaikan dengan lingkungan
2) Metode pengembangan diri
a. Berupaya meneladani perbuatan-perbuatan terpuji dari pribadi-pribadi yang di kagumi
b. Membiasakan konsisten untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan terpuji dan menghilangkan sifat-sifat tercela yang ada pada diri
c. Berusaha meningkatkan potensi-potensi baik yang ada pada diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
3) Metode kesufian
a. Membiasakan bersifat zuhud
b. Melakukan riyaadhah / mendekatkan diri pada tuhan
c. Meningkatkan kualitas ibadah
DAFTAR PUSTAKA
AF, Masan, Aqidah Akhlak Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Madrasah,tt.
Al-Ghazali, Imam, Pengembangan Pribadi Pada Akhlak,tt.
Masy’ari , Anwar, Akhlak Al-Qur’an, Surabaya : PT Bina Ilmu,1990.
Sumarni , Titin, Aqidah Akhlak, Pustaka Firdaus Utama : Surakarta, tt.
Tim abdi guru YPM, Aqidqh Akhlak 2,Sidoarjo: Bapengbu YPM,2008.
{ 0 comments... read them below or add one }
Posting Komentar